freightsight
Sabtu, 27 April 2024

PENGIRIMAN LAUT

IMF Sebut Kenaikan Tarif Logistik Laut Perburuk Inflasi 2022

5 April 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Tarif Logistik

KapalLogistik via Pixabay

Transmisi kenaikan biaya logistik peti kemas itu akan dialami negara-negara yang bergantung pada impor pangan, barang konsumsi, dan energi yang masih besar. Naiknya tarif logistik laut akan membebani produsen dan konsumen karena memicu biaya produksi dan harga jual yang lebih tinggi.

Inflasi global terancam memburuk akibat kenaikan biaya logistik laut pasca pandemi Covid-19 dan terjadinya krisis geopolitik di Ukraina. Kenaikan biaya pengiriman lintas samudra dapat mengkerek kenaikan inflasi global sebesar 1,5 basis poin atau setara 0,015 persen.

Meski peningkatannya relatif kecil, kenaikan tarif pengiriman komoditas laut juga akan berpengaruh pada harga pangan dan energi baik di tingkat produsen maupun konsumen. Hingga saat ini, harga kedua komoditas tersebut terpantau masih tinggi lantaran hambatan produksi di sejumlah negara produsen, gangguan pengiriman, dan imbas perang Rusia dan Ukraina.

Kondisi ini dilansir dalam laporan ilmiah mingguan tim ekonom Dana Moneter Internasional (IMF) dengan tajuk "Shipping Cost and Inflation" yang dirilis pada Senin (28/3/2022) waktu setempat.

IMF menyebutkan, pengiriman moda transportasi laut berkontribusi sekitar 80 persen dari total volume perdagangan dunia. Sejak Maret 2020, biaya pengiriman peti kemas lintas samudra meningkat tujuh kali lipat dibanding jumlah yang dihasilkan sebelum pandemi Covid-19.

Kuncitara atau pembatasan mobilitas sebagai upaya mengatasi penyebaran Covid-19 telah berdampak pada gangguan rantai pasok global. Disusul oleh invasi Rusia ke Ukraina yang berlangsung sejak 24 Februari 2020 hingga sekarang turut menghambat pemulihan supply chain tersebut.

Ekonom senior Departemen Asia dan Pasifik IMF, Yan Carrière-Swallow mengatakan, dalam 30 tahun terakhir tim ekonom IMF telah menganalisa data 143 negara. Dari analisis yang didapat, biaya logistik laut turut menyumbang kenaikan inflasi secara global. Ketika tarif transportasi laut meningkat dua kali lipat, inflasi juga terkerek sebesar 0,7 basis poin atau 0,007 persen.

"Sejak Maret 2020 atau selama 18 bulan terakhir, biaya pengiriman peti kemas mengalami kenaikan secara bertahap dan mencapai puncaknya setelah satu tahun yaitu pada 2021. Saat ini biaya tersebut masih bertahan di puncak. Dari pengamatan itu, kenaikan tarif pengiriman laut dapat memperburuk inflasi 202022 yakni sekitar 1,5 basis poin," papar Yan.

Transmisi kenaikan biaya logistik peti kemas itu akan dialami negara-negara yang bergantung pada impor pangan, barang konsumsi, dan energi yang masih besar. Naiknya tarif logistik laut akan membebani produsen dan konsumen karena memicu biaya produksi dan harga jual yang lebih tinggi.

Per 25 Maret 2022, Indeks Pengiriman Kontainer Global (Global Container Freight Index/GCFI) mencatat harga US$ 9.430 per kontainer ukuran 40 feet. Angka itu jauh lebih tinggi dari GCFI pada 26 Maret 2021 yang sebesar US$ 4.367 per kontainer.

Namun, kenaikan tersebut belum menembus rekor indeks tertinggi yang terjadi pada 10 September 2021 yakni sebesar US$ 11.109 per barel pada Januari 2022, IMF memproyeksi inflasi di sejumlah negara maju pada tahun ini sekitar 3,9 persen dan di negara-negara berkembang sebesar 5,9 persen.

Adapun Bank Indonesia (BI) dan Pemerintah Indonesia berkomitmen akan terus menjaga inflasi 2022 tertahan di kisaran 2-4 persen. Khusus untuk inflasi kelompok bahan pangan bergejolak (volatile food) akan dijaga pada angka 3-5 persen.

Per 25 Maret 2022, Indeks Pengiriman Kontainer Global (Global Container Freight Index/GCFI) mencatat harga US$ 9.430 per kontainer ukuran 40 feet. Angka itu jauh lebih tinggi dari GCFI pada 26 Maret 2021 yang sebesar US$ 4.367 per kontainer.

Namun, kenaikan tersebut belum menembus rekor indeks tertinggi yang terjadi pada 10 September 2021 yakni sebesar US$ 11.109 per kontainer.

Pada Januari 2022, IMF memproyeksi inflasi di sejumlah negara maju pada tahun ini sekitar 3,9 persen dan di negara-negara berkembang sebesar 5,9 persen.

Adapun Bank Indonesia (BI) dan Pemerintah Indonesia berkomitmen akan terus menjaga inflasi 2022 tertahan di kisaran 2-4 persen. Khusus untuk inflasi kelompok bahan pangan bergejolak (volatile food) akan dijaga pada angka 3-5 persen.en.

Di sisi lain, Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI meminta optimalisasi tol laut untuk pendistribusian komoditas pangan yang harganya tengah melangit. Dengan transportasi laut yang disubsidi pemerintah, diharapkan mampu menekan harga komoditas yang tidak terimbas oleh kenaikan biaya logistik laut.