freightsight
Jumat, 22 November 2024

DOMESTIK

Terkerek Harga Solar, Menperin Sebut Biaya Logistik Naik Sekitar 15 Persen

2 September 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Menperin via metapos.id

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan kenaikan harga bahan bakar solar akan berimbas pada biaya logistik dan harga produk sekitar 10-15 persen.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan kenaikan harga bahan bakar solar akan berimbas pada biaya logistik dan harga produk sekitar 10-15 persen.

Menurutnya, harga solar yang merupakan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akan berdampak langsung pada sektor industri. Sementara dari sisi logistik, hal itu akan bertambah pada ongkos pengiriman yang menyebabkan terkereknya harga produk untuk menutupi lonjakan biaya logistik.

“Kenaikan harga solar tentunya akan meningkatkan variabel biaya logistik dan kenaikan harga produk dengan kenaikan harga sekitar 10-15 persen,” kata Agus Gumiwang, dalam keterangannya pada Rabu (31/8/2022).

Agus menuturkan, untuk semakin meningkatkan daya saing industri dalam negeri, Kemenperin tengah memperjuangkan perluasan penerimaan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) untuk industri. Ia menyebut kebijakan HBGT telah terbukti efektif dalam memperkuat resiliensi dan daya saing industri pengguna gas.

“Ini karena terjadi efisiensi, terutama pada biaya operasional dan bahan baku industri pengguna gas,” ungkap Agus Gumiwang.

Menurutnya, saat ini pemerintah telah membuat strategi rencana penyesuaian harga BBM. Berdasarkan data yang ada, pengeluaran IBS (industri besar, sedang) untuk bahan bakar dan pelumas pada tahun 2019 mencapai sebesar Rp 58,7 triliun dan menyumbang 1,3 persen terhadap total biaya produksi.

Apabila menggunakan data pada 2019 tersebut, maka untuk tahun 2021 dengan asumsi pertumbuhan sebesar 5 persen, pengeluaran bahan bakar dan pelumas mencapai Rp 60 triliun dan berkontribusi sebesar 1,4 persen.

“Dengan angka tersebut, saya berpendapat bahwa secara umum kenaikan harga Pertalite tidak berdampak siginifikan terhadap sektor industri manufaktur, tetapi tentu akan berdampak pada karyawan pengguna Pertalite,” ujar Agus Gumiwang.

Menperin memaparkan, sektor industri nasional tengah dihadapkan pada sejumlah polemik global yang di antaranya disebabkan oleh terjadinya perang Rusia dan Ukraina. Akibatnya, terjadi dua persoalan utama, yaitu krisis pangan dan krisis energi.

Terkait krisis pangan, perang Rusia dan Ukraina telah memunculkan tiga isu, yaitu; berkurangnya pasokan komoditi pangan seperti gandum dan minyak nabati, memunculkan fenomena proteksionisme negara-negara di dunia untuk mengamankan stok pangan domestik dan peningkatan konversi komoditas pangan menjadi bahan baku energi.

Berdasarkan laporan Bank Dunia Juni 2022, ketiga isu tersebut dinilai mengakibatkan kenaikan index harga komoditi pangan global sebesar 32,5 persen (yoy).

Meski demikian dia menyampaikan, bahwa pasokan bahan baku industri pangan dalam negeri akan terjamin.

“Ke depan, kami mengupayakan agar lebih banyak lagi bahan baku lokal yang dikembangkan seperti tepung singkong, porang, sorgum, sagu, ganyong, hanjeli, hotong, pisang, sukun, talas, ubi jalar, dan lainnya untuk diversifikasi produk olahan pangan,” kata Agus Gumiwang.