freightsight
Kamis, 25 April 2024

PENGIRIMAN LAUT

Ongkos Mahal, 95% Kargo Ekspor Asal Belawan Harus Singgah di Malaysia

14 Juli 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Ekspor Kargo

Sepanjang Januari-Mei 2022, 95% kapal ekspor asal Pelabuhan Belawan harus singgah di Malaysia dan Singapura.

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencatat kinerja ekspor dari Pelabuhan Balawan, Sumatera Utara tidak langsung sampai ke negara tujuan. Kondisi ini membuat ongkos pengiriman lebih mahal karena kenaikan biaya logistik.

Selama periode Januari-Mei 2022, tercatat 95% total volume ekspor dari Pelabuhan Belawan singgah di Malaysia dan Singapura.

Hal itu membuat waktu pengapalan barang ekspor dari Pelabuhan Belawan ke negara tujuan meningkat 34%, sementara ongkos pengiriman lebih mahal hingga mencapai 30%.

Sebagai simulasi, waktu pengapalan langsung dari Indonesia ke Amerika Serikat hanya perlu waktu 23 hari, tapi waktu tersebut menjadi lebih lama yaitu mencapai 31 hari karena sebagai simulasi, waktu pelayaran langsung dari Indonesia ke Amerika Serikat hanya perlu 23 hari, tapi lantaran harus singgah di Malaysia atau Singapura terlebih dulu membuat waktu tersebut bertambah menjadi 31.

“Kami di Kementerian BUMN sedang berikhtiar untuk menjadikan Belawan sebagai pelabuhan ekspor yang melayani direct call,” kata Menteri BUMN Erick Thohir dalam keterangan resmi pada Selasa (12/7/2022).

Tercatat sebanyak 51% total volume ekspor dari Pelabuhan Belawan singgah di Malaysia sebelum menuju negara tujuan. Adapun total volume ekspor yang singgah di Singapura adalah 44% dan singgah di Thailand sebesar 5%.

Badan Pusat Statistika (BPS) mendata negara tujuan ekspor dari Sumatera Utara mencapai lebih dari 30 negara. Berdasarkan volume barang ekspor, negara tujuan ekspor Sumut adalah China yakni sebesar 16%.

Adapun negara tujuan ekspor Sumatera Utara lainnya salah India (6,7%), Jepang (6,2%), dan Amerika Serikat (4%).

Sementara kontribusi Malaysia dan Singapura dalam tujuan ekspor terhitung kurang dari 2% berdasarkan volume barang ekspor.

Melansir data PT Pelindo, volume pengapalan ekspor dari Pelabuhan Belawan mencapai 550.871 TEUs peti kemas.

Dari seluruh volume tersebut, catatan singgah terbanyak ada di Malaysia sebesar 59%, singgah di Singapura 25%, singgah di Thailand dan Taiwan 16%, dan beberapa negara lain.

Tidak hanya Pelabuhan Belawan, sebagian besar pelabuhan ekspor di Pulau Sumatera hanya sebagai pelabuhan pengumpan (feeder) ke Malaysia atau Singapura.

Menteri BUMN Erick Thohir menilai praktik ini akan menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan akibat pembayaran biaya logistik dalam Dolar Amerika Serikat.

Bank Indonesia mencatat, defisit neraca jasa transportasi RI mencapai US$ 6,28 miliar pada tahun lalu. Sebanyak 99% dari defisit tersebut atau senilai US$ 6,23 miliar disebabkan oleh jasa pengiriman laut atau sea freight.

Berdasarkan data BPS, total nilai ekspor Indonesia menggunakan moda pengiriman laut mencapai US$ 150,2 miliar atau sebesar 92,06% dari total ekspor nasional pada 2020.

Berat ekspor yang diangkut moda transportasi laut mencapai 573,4 juta ton. Urutan kedua ditempati moda transportasi udara dengan nilai ekspor sebesar US$ 11,06 miliar atau 6,78% total ekspor nasional.

Berat ekspor yang diangkut di urutan berikutnya adalah transportasi pipa, darat, dan pos yang masing-masing sebesar US$ 1,78 miliar (1,10%), US$ 54,4 juta (0,03%), dan US$ 49,9 juta (0,03%).

Berat ekspor yang diangkut transportasi tersebut adalah 6,04 ribu ton, 92,7 ribu ton, dan 1,1 ribu ton.

Sebagai informasi, komoditas ekspor nonmigas memiliki kontribusi terbesar dari total ekspor nasional yakni 94,94%, sementara ekspor migas sebesar 5,06%. Nilai ekspor nonmigas nasional mencapai US$154,9 miliar pada 2020.