freightsight
Kamis, 25 April 2024

PENGIRIMAN LAUT

Hati-Hati Membuat Kontrak Jangka Panjang, Tarif bisa Turun pada Q3

19 Februari 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Logistik pelayaran

Pelayaran Logsitik via Pixabay

• Target kinerja tahunan sejumlah pelayaran untuk 2022 dibuat berdasarkan asumsi terjadi penurunan tarif (freight rate) pada pertengahan tahun.

• Tarif shipping saat ini masih tinggi baik kontrak maupun non-kontrak yang berlaku pada saat ini (spot rate).

Target kinerja tahunan sejumlah pelayaran untuk 2022 dibuat berdasarkan asumsi terjadi penurunan tariff (freight rate) pada pertengahan tahun. Maersk prediksi penurunan tariff terjadi pada kuartal ke-3 (Q3 2022). Hapag Lloyd bahkan prediksi akan terjad lebih awal, Q2.

Asumsi kedua pelayaran menimbulkan pertanyaan terhadap kontrak-kontrak jangka panjang sudah disepakati antara sejumlah pemilik barang dengan sejumlah pelayaran. Apakah asumsi itu telah diperhitungkan dalam persetujuan kontrak yang dibuat awal tahun? Mungkin saja sudah. Apalagi Maersk tidak mematok harga terlalu tinggi, tetapi tetap ada kenaikan dibanding tahun lalu.

Menurut CEO A.P. Moller-Maersk CEO Soren Skou rate kontrak rata-rata multi-years Maersk tahun lalu sebesar 3.000 dollar / FEU (Forty-feet equivalent unit), naik menjadi 50 persen dari level pra-pandemi 2019-2020 yang nilainya sebesar 2.000 dollar / FEU. Sedangkan tahun ini, rate kontrak akan naik 800 dollar atau 3.800 dollar / FEU. Ini adalah harga rata-rata. Tetap akan ada perbedaan pada tiap rute. Namun, banyak sumber lain termasuk data Lembaga Research Xeneta yang memaparkan angka-angka nilai kontrak jauh lebih tinggi.

Tariff shipping saat ini masih tinggi baik kontrak maupun non-kontrak yang berlaku pada saat ini (spot rate). Hanya saja, perbandingan antara keduanya sangat jomplang di mana spot rate lebih mahal. Bagi pemilik atau perwakilan pemilik barang (forwarders) karena keduanya masih menjadi opsi dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Berdasarkan data Lembaga Research Xeneta rutin memantau pergerakan tariff baik tariff kontrak maupun spot rate, sejak pertengahan tahun lalu hingga awal tahun ini terus meningkat dengan signifikan.

“Kami tak pernah melihat hal ini terjadi sebelumnya,” ungkap patrik Berglund selaku CEO Xeneta dikutip dari freighwaves yang mengomentari tingginya freight rate dan bagaimana proses negosiasi kontrak baru antara pemilik barang pada awal tahun ini.

Berglund mengatakan dalam proses negosiasi pelayaran adalah pemegang ‘kartu As’ dan bisa menentukan semuanya.
Berdasarkan data Xeneta sejak pertengahan tahun lalu nilai tariff kontrak terus mengalami peningkatan signifikan.

Pada paruh pertama tahun lalu rata-rata tariff kontrak Asia-USWC (Pantai Barat Amerika Serikat) sekitar 3.000 dollar / FEU (kontainer 40ft). Pada Oktober naik menjadi 6.000-6.500 / FEU. Pada awal tahun ini, berdasarkan data Xeneta, tariff naik menjadi 7.000 dollar-8.000 dollar per FEU dan naik menjadi lima kali lipat dari tariff kontrak pra-pandemi.

Sebelum merebaknya Covid-19 Xeneta mencatat rata-rata tariff kontrak Asia-USWC hanya sebesar 1500 dollar / FEU.
Di samping itu, tariff yang berlaku pada saat ini (spot rate) justru jauh lebih tinggi dari tariff kontrak.

Berdasarkan Xeneta spot rate terendah pada rute Asia-USWC mencapai 10.000 dollar / FEU plus biaya tambahan mendapatkan prioritas nilainya berkisar antara 1.400 dollar-7.500 dollar / FEU yang artinya, spot rate berkisar antara 11.400-17.500 dollar / FEU.

Ini kenaikan sangat luar biasa dibanding pada masa pra-pandemi angkanya berkisar 1.300-1.800 dollar / FEU dan ada kenaikan hingga 10 kali lipat.

Artinya bahwa pemilik barang atau forwarder kecil tidak bisa bikin kontrak jangka panjang membayar paling mahal karena sulit bagi mereka untuk memilih opsi kontrak jangka panjang.