DOMESTIK
8 September 2022
|
Penulis :
Tim FreightSight
ARPI memproyeksikan biaya logistik rantai pendingin yang akan naik 25% akan berdampak pada komoditas produk makanan tidak diolah dan diolah dengan teknologi rendah.
Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia atau ARPI memproyeksikan biaya logistik rantai pendingin (cold chain) akan naik sebesar 25% hingga November 2022. Hal tersebut merupakan dampak dari kenaikan solar bersubsidi sebesar 32% menjadi Rp 6.800 per liter pada 3 September 2022.
Beberapa logistik rantai pendingin yang dimaksud adalah kontainer berpendingin dan truk berpendingin. Pertumbuhan tarif logistik rantai pendingin dinilai akan lebih tinggi dari tarif logistik biasa karena pemakaian BBM yang lebih tinggi.
"Kontribusi BBM ke struktur biaya industri logistik rantai pendingin adalah 40% - 50%. Diperkirakan dalam 3 bulan ke depan tarif logistik rantai pendinginan naik 25%," kata Ketua Umum ARPI Hasanuddin Yasni pada Selasa (6/9/2022).
Hasanuddin mengatakan kenaikan tarif saat ini merupakan efek panik atas kenaikan harga BBM. Menurutnya, tarif logistik rantai pendinginan baru akan mengalami penyesuaian dengan kenaikan harga BBM sekitar Desember 2022.
Namun demikian, tarif logistik rantai pendingin akan tetap lebih tinggi 20% dibandingkan sebelum kenaikan harga BBM. Hasanuddin mencatat sebagian biaya yang akan mengalami penyesuaian pada akhir 2022 adalah biaya pelabuhan terminal peti kemas dan fuel surcharge.
Sebelumnya, Asosiasi Logistik Indonesia atau ALI menyebutkan, secara umum biaya logistik dapat dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu pergudangan, logistik laut dan logistik darat. Adapun biaya logistik barat menyumbang hingga 50% dari total biaya logistik nasional.
Solar bersubsidi merupakan BBM yang dipakai dalam operasional logistik darat. Adapun, BBM yang dipakai dalam operasional laut umumnya adalah marine fuel oil (MFO).
Pakar Maritim dari Institut Teknologi Sepuluh November, Saut Gurning mengatakan, biaya logistik darat mencapai 50% dari total biaya logistik nasional. Sementara, harga BBM berkontribusi sebanyak 40%-60% baik di logistik darat maupun laut.
Dengan demikian, menurut Saut, kenaikan harga BBM ini akan berimbas pada 42% total biaya logistik di dalam negeri. Menurutnya, kenaikan tarif logistik akan berdampak langsung pada komoditas yang tidak diolah atau diolah dengan teknologi rendah.
Saut menilai, komoditas yang akan paling berdampak pada kenaikan solar bersubsidi adalah bahan pokok dan hasil produksi industri makanan dan minuman.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan mengatakan, 58,7% masyarakat menilai sebaiknya harga BBM tidak dinaikkan meskipun hal itu berpotensi menambah beban utang pemerintah.
"Hampir 60% masyarakat menyatakan sebaiknya BBM tidak usah dinaikan, walaupun itu akan menambah utang (pemerintah)," ujar Djayadi dalam paparan survei secara online, Minggu (4/9/2022).
Bagikan artikel ini:
ARTIKEL TERKAIT
TERPOPULER
18 Maret 2024
1 Maret 2024
2 Februari 2024
17 Januari 2024
3 Januari 2024
19 Desember 2023
6 Desember 2023
5 Desember 2023
4 Desember 2023
Selalu update dengan berita terbaru!
LAPORAN INDUSTRI
18 Maret 2024
1 Maret 2024
2 Februari 2024
Copyright 2021 © Freightsight. Kebijakan privasi