freightsight
Jumat, 26 April 2024

PENGIRIMAN LAUT

Jokowi Prediksi Ada Yang Tidak Efisien, dan Sebabkan Biaya Logistik Tertinggal

25 Oktober 2021

|

Penulis :

Tim FreightSight

Close Up Businessman © Dragana Gordic via Freepik

Presiden republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa biaya logistik di Indonesia sampai saat ini masih tertinggal, jika dibandingkan dengan beberapa tetangga lain. Menurut prediksi Jokowi, mahalnya biaya logistik yang saat ini ada, adalah karena ada sesuatu yang tidak efisien.

“Kita tahu biaya logistik negara kita di banding negara-negara tetangga kita masih jauh tertinggal kita ini. Mereka biaya logistik hanya 12% kurang lebih. Kita masih 23%. Artinya ada yang tidak efisien di negara kita,” jelasnya dalam kunjungan yang dilakukan di provinsi nusa tenggara timur, kamis (14/10/2021).

Dijelaskan pula oleh Jokowi, bahwa berbagai macam pembangunan infrastruktur yang telah dilakukan oleh pemerintah ini, salah satu tujuannya adalah demi menekan biaya logistik yang mahal tersebut. dengan begitu, nantinya daya saing Indonesia diharapkan akan bisa tumbuh dan meningkat.

“Oleh sebab itu kenapa dibangun infrastruktur baik itu jalan, baik pelabuhan, baik itu airport karena kita ingin produk-produk kita, barang-barang kita bisa bersaing kalau kita adu kompetisi dengan produk-produk negara lain,” katanya.

Kunjungan yang dilakukan oleh Joko Widodo, ke nusa tenggara timur tersebut adalah untuk melakukan peresmian penggabungan Pelindo I, II, III, IV Multipurpose Wae Kelambu Pelabuhan Labuhan Bajo.

Di sisi lain, beberapa bulan lalu Arief Suhartono selaku direktur utama pelabuhan Indonesia (pelabuhan ii) mengungkapkan bahwa sejak Indonesia dilanda pandemi covid-19, pelabuhan memang merasakan dampak yang cukup signifikan. Yang mana dampak tersebut adalah adanya penurunan di sektor petikemas, non petikemas, serta arus kapal.

“Ini sebagai gambaran saja di 2021 covid-19 menyerang Indonesia di triwulan pertama 2020 ini, dampaknya kepada performasi dari aktifitas di pelabuhan. Pada 2020 dari sisi peti kemas turun hampir dengan sampai 10%, non petikemas 16,5% dan arus kapal 14,7%” jelas arif.
Dengan banyaknya pembangunan infrastruktur untuk mendukung kegiatan dagang, logistik, ekspor, impor, dan lain sebagainya, diharapkan berbagai macam masalah nantinya dapat terselesaikan, termasuk biaya logistik yang tertinggal.

Bagikan artikel ini: