freightsight
Jumat, 26 April 2024

INFO INDUSTRI

Asia Dilockdown Akibatkan Tarif All-Inclusive Merosot karena Shippers Pangkas Pesanan

28 Maret 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Logistik Asia

Pelayaran Logistik via koneksea.com

Fundamental berbeda mendorong tarif all-inclusive Asia Utara merosot karena banyaknya pusat produksi Asia diisolasi akibat wabah corona.

Asia Tenggara lockdown Tarif all-in melambung karena pembatalan pelayaran

Adanya fundamental berbeda mendorong tarif all-inclusive dari Asia Utara merosot karena banyaknya pusat produksi Asia diisolasi akibat wabah virus corona, tarif dari Asia Tenggara lebih tinggi karena meningkatnya pembatalan pelayaran sehingga semakin membatasi pasokan.

Melonjaknya virus corona di pusat produksi utama Asia berakibat penurunan permintaan ekspor, pasar spot stabil selama seminggu hingga 18 Maret.

Pelayaran menurunkan tarif di bawah rata-rata Freight All Kinds (FAK) dengan sedikit harapan kenaikan jangka pendek.
Sepekan hingga 18 Maret S&P Global Commodity Insights melaporkan pemesanan ke USWC pada level FAK dan ini mengindikasikan permintaan belum naik ke tingkat sebelum Tahun Baru Imlek.

Di pasar Pantai Timur justru premi stabil pada 1.000 dolar AS hingga 2.000 dolar AS di atas nilai spot sebesar 11.000 dolar AS/FEU. Satu tawaran lagi dari freight forwarder China ke Savannah juga dilaporkan 12.500 dolar AS/FEU.

“Situasi Shenzhen mengacaukan segalanya dan gelombang akan datang diperkirakan akan terjadi bulan depan sehingga kami terus berada di kondisi rollercoaster ini,” ungkap salah satu freight forwarder berbasis di AS.

Di tempat lain di Amerika Selatan penawaran langsung pengangkut kontainer tercatat sekitar 9.800 dolar AS/FEU ke Pantai Pasifik dan 9.200dolar AS/FEU ke Pantai Atlantik yang menunjukkan pemesanan dilakukan di atas level FAK di jalur tersebut.

Asia Tenggara lockdown Tarif all-in melambung karena pembatalan pelayaran

Tarif premium all-inclusive rute Asia Tenggara – Pantai Timur Amerika Utara juga tercatat 16.000–18.000 dolar AS/FEU dan 15.000–16.000 dolar AS / FEU untuk rute Pantai Barat. Nilai itu lebih tinggi 1.000-2.000 dolar AS/FEU dibandingkan seminggu lalu.

“Pembatalan pelayaran beberapa minggu terakhir mengisyaratkan permintaan lemah, tetapi tarif mulai naik karena meningkatnya kemacetan setelah beberapa pembatasan diberlakukan di Shenzhen,” ungkap salah satu freight forwarder berbasis di China.

Berdasarkan dari pembaruan Maersk diterbitkan pada 16 Maret bahwa terminal di pelabuhan utama di Area China Raya tetap beroperasi dengan operasi kapal dan penanganan galangan serta gerbang masuk juga keluar berfungsi normal. Hanya saja beberapa gudang di Shenzhen ditutup dari 14 hingga 20 Maret dan beberapa depot ditutup mulai 15 Maret hingga pemberitahuan lebih lanjut.

“Di tengah pandemi COVID-19 freight forwarder dan shipper perlu mencari pelabuhan alternatif,” ungkap seorang sumber berbasis di Singapura. “Saat melakukan operasi di Yantian terganggu tentu mereka akan pindah ke Nansha atau mungkin Teluk Da Chan atau Shekou yang memang masih beroperasi jika Shanghai tutup dan mereka harus melihat ke Ningbo dan sebaliknya.”

Bahkan jika memang pelabuhan mulai berfungsi normal tentu kekurangan pengemudi truk menjadi tantangan terbesar karena harus melalui banyak tes di pos pemeriksaan berbeda sering menghalangi untuk kembali bekerja tambah sumber tersebut.

Gangguan terhadap angkutan kereta api dan udara China-Eropa juga menambah kekhawatiran kemacetan dan backlog karena menyebabkan tarif premium naik.

Di samping itu kenaikan harga minyak mentah ikut memicu kekhawatiran kenaikan biaya bahan bakar bunker juga angkutan seperti peti kemas.

“Meningkatnya biaya bahan bakar bunker memiliki dampak tinggi pada tarif rute pendek daripada rute jauh karena tingkat pengiriman terakhir tinggi,” ungkap seorang sumber berbasis di India dan memperkirakan biaya tambahan bahan bakar bunker beberapa minggu akan datang.