freightsight
Kamis, 25 April 2024

PENGIRIMAN LAUT

Volume Angkutan Barang melalui Jalur Laut dan Kereta Api kini Naik di Semester I/2022

6 Agustus 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Ekspor Jalur Kereta

Dokumentasi KAI via .antaranews.com

Volume angkutan barang melalui jalur laut dan kereta api kini telah tercatat naik pada semester I/2022.

Perusahaan dinilai harus mengoptimalkan layanan pergudangan.

Volume angkutan barang melalui jalur laut dan kereta api kini telah tercatat naik pada semester I/2022 jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Supply Chain Indonesia (SCI) menyebut bahwa peningkatan tersebut harus diikuti dengan peningkatan efisiensi biaya logistik. Seperti diketahui, biaya logistik Indonesia mencapai 23 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

Biaya tersebut lebih tinggi dari beberapa negara di kawasan Asean seperti Malaysia, yakni hanya 13 persen dari PDB.

Senior Consultant SCI Joni Gusmali mengatakan peningkatan volume angkutan barang melalui jalur laut dan kereta api selama semester I/2022 harus diikuti peningkatan efisiensi pelaku logistik, karena biaya transportasi pengiriman barang adalah kontributor terbesar sekitar 60-70 persen dari biaya logistik.

Menurut Joni, strategi peningkatan efisiensi biaya logistik dapat dilakukan dengan cara merampingkan tingkat persediaan, mengoptimalkan jaringan pengiriman lebih cerdas, menyediakan proses lebih baik, meningkatkan hubungan antara pemasok serta pihak ketiga dengan cara sharing ekonomi dan teknologi serta digitalisasi.

"Perusahaan perlu mempertimbangkan peluang konsolidasi pengiriman, terutama untuk pengiriman less-than-truckload [LTL], memanfaatkan ruang penyimpanan dengan meningkatkan kepadatan penyimpanan, dan menurunkan tingkat kerusakan barang dalam pengiriman," demikian dikutip dari keterangan resmi SCI, Kamis (4/8/2022).

Di samping itu, kerusakan pengiriman produk atau komoditas dinilai bisa berdampak cukup besar. Mengutip data Food and Agricultural Organization (FAO), tingkat kerusakan proses distribusi di wilayah Asia Selatan dan Tenggara, termasuk Indonesia sekitar 5-6 persen untuk daging dan sekitar 6-7 persen untuk komoditas perikanan.

Bahkan, tingkat kerusakan komoditas buah dan sayur lebih tinggi mencapai 19 persen. Peningkatan efisiensi biaya logistik, lanjut Joni, juga bisa dilakukan lewat kerja sama dengan pemasok. Menurutnya, karena pemasok bisa saja menutupi biaya logistik langsung.

Adapun, kerja sama dengan pemasok dapat dilakukan dengan membuat konsorsium pembeli dan pemasok untuk pengadaan dengan biaya rendah juga volume lebih besar.

Bukan hanya itu, perusahaan dinilai harus mengoptimalkan layanan pergudangan. Apabila volume pengiriman banyak antara dua wilayah, terutama jarak jauh, tentu pelaku logistik bisa menyimpan produk lebih dekat ke pelanggan sehingga bisa mengurangi biaya transportasi secara drastis.

"Pelaku logistik perlu memastikan pengoperasian gudang pengiriman serta penerimaan secara efektif dan efisien, termasuk dengan menggunakan sistem pemuatan kontainer otomatis untuk mengoptimalkan biaya tenaga kerja," terang Joni.

Terakhir, Joni juga menegaskan perusahaan harus merencanakan penggunaan multimoda, pengorganisasian operasi terkait langsung dengan tenaga kerja dan aset juga persediaan.

Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis terkait data peningkatan volume barang diangkut dengan moda transportasi laut dan kereta, Senin (1/8/2022). Pada periode Januari–Juni 2022, jumlah barang diangkut dengan moda transportasi laut 156,3 juta ton atau naik 0,32 persen dibandingkan periode semester I/2021.

BPS juga melaporkan peningkatan tersebut terjadi di Pelabuhan Makassar 20,15 persen, Tanjung Priok sebesar 7,97 persen dan Panjang sebesar 3,51 persen.

Di samping itu, jumlah barang diangkut dengan moda kereta api 28,6 juta ton pada periode Januari–Juni 2022 atau naik 14,79 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2021. Peningkatan itu terjadi di semua wilayah Jawa non-Jabodetabek dan Sumatera masing-masing nilainya 15,06 persen dan 14,71 persen.