freightsight
Senin, 6 Mei 2024

INFO INDUSTRI

Targetkan PDB Industri Manufaktur 20%, Kadin: Tingkatkan Dulu Rantai Pasok dan Skala Produksi

19 Juni 2023

|

Penulis :

Tim FreightSight

via kliklegal.com

Kemenperin optimis bakal mencapai 19,2% PDB pada 2025. Menurut Kadin, untuk mencapai itu perlu meningkatkan kelancaran rantai pasok dan output nasional secara signifikan.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) optimis meski saat ini kontribusi industri manufaktur dalam Produk Domestik Bruto (PDB) masih di angka 17%, angka itu bakal mencapai 19,2% pada 2025.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita juga menargetkan pertumbuhan sektor industri pengolahan nonmigas bakal menyentuh angka 6,4%.

Sementara, sumbangan industri pengolahan non-migas terhadap total ekspor mencapai sebesar 78%.
Agus menegaskan, semua target sektoral tersebut sangat realistis dan penting untuk dicapai, mengingat industri memegang peranan penting dalam peningkatan PDB per kapita.

Untuk itu, menurut Agus, perlu mendorong peningkatan kontribusi yang lebih besar melalui berbagai upaya, di mana salah satu yang krusial adalah perbaikan struktur ekonomi.

”Apa yang saya sampaikan bukanlah hal yang mudah untuk dicapai. Inilah tujuan dari rapat ini. Harapannya kontribusi sektor industri terhadap PDB bisa kembali mendekati 20 persen," ujar Agus pada pembukaan Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Tahun 2023.

Agus berbarap industri nasional mampu bersaing secara global, serta lebih optimal memberdayakan teknologi yang ada.

”Hal ini yang akan diterjemahkan ke dalam program kerja, ada target-target yang harus dicapai baik dalam jangka menengah maupun panjang,” tambahnya.

Sementara, Menperin terus mencermati tren perlambatan sektor manufaktur berdasarkan hasil survei Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia dan indeks kepercayaan industri (IKI) yang terjadi belakangan ini.

Agus mengungkapkan bahwa pada perjalanan survei PMI, terdapat tiga kali nilai mendekati angka 50, yang berarti tidak terjadi ekspansi, termasuk pada bulan Mei 2023 lalu.

”Kondisi ini sebetulnya juga terjadi di berbagai negara lain. Seperti di negara Asean dan beberapa negara dengan ekonomi besar di dunia. Kita harus betul-betul bisa memahami faktor apa saja yang mempengaruhi ekspansi manufaktur Indonesia dengan menjadikan negara lain sebagai benchmarking,” urainya.

Di samping itu, Menperin menyoroti sejumlah permasalahan lain yang menjadi isu utama di bidang industri. Antara lain, akses bahan baku/penolong, keterampilan SDM, tantangan produk impor, pengolahan limbah B3, logistik, data industri.

Menurut Agus, pengalaman negara lain menunjukkan bahwa industri memegang peranan penting untuk peningkatan PDB per kapita.

Seperti Korea Selatan dan Singapura yang masih menunjukkan peningkatan share industri ketika sudah menjadi negara maju.

”Adapun share industri Indonesia mengalami tren penurunan setelah booming pada 2002. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan share industri melalui perbaikan struktur ekonomi dalam agenda transformasi ekonomi,” jelasnya.

Secara terpisah, dari perspektif pelaku usaha yakni Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai bahwa jika ingin mendongkrak kinerja manufaktur, maka perlu meningkatkan kelancaran rantai pasok dan output nasional secara signifikan. Sehingga dengan begitu Indonesia memiliki kemampuan dan daya saing yang memadai di pasar global.

Wakil Ketua Kadin Koordinator Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Shinta W. Kamdani menuturkan, ekspansi ke pasar ekspor menjadi kunci penting.

Pasalnya, secara esensi industri manufaktur nasional tidak bisa tumbuh secara eksponensial dalam waktu singkat jika hanya mengandalkan volume permintaan pasar dalam negeri lantaran pertumbuhan daya beli domestik yang masih sangat lambat.

“Hanya dengan dua formula, skala produksi dan kinerja sektor manufaktur bisa terdongkrak jauh di atas pertumbuhan GDP,” katanya.