freightsight
Jumat, 26 April 2024

INFO INDUSTRI

Target Menperin Industri Manufaktur Akan Tumbuh 4,5-5 Persen Tahun Depan

13 Januari 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Agus Gumiwang Kartasasmita Menperin

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang via Dok. Kemen...

• Agus Gumiwang Kartasasmita, selaku Menteri Perindustrian mengatakan bahwa pihaknya memiliki target pertumbuhan industri manufaktur sebesar 4,5 persen sampai 5 persen di tahun depan nanti.

• Selain itu, ada pula masalah ketergantungan impor bahan baku penolong, yang perlu adanya upaya mitigasi terhadap gelombang varian virus Omicron di sektor industri.

Agus Gumiwang Kartasasmita, selaku Menteri Perindustrian mengatakan bahwa pihaknya memiliki target pertumbuhan industri manufaktur sebesar 4,5 persen sampai 5 persen di tahun depan nanti. Pada tahun lalu mereka juga membuat target bahwa tahun 2021 sektor industri ini akan tumbuh 4,5 persen.

Sejalan dengan hal ini, pada tahun 2022 diprediksi ekspor untuk industri akan menapai sebesar 175-175 miliar dolar Amerika pada tahun 2022. Pada tahun 2021 ini diketahui bahwa ekspor sektor industri sudah tumbuh cukup baik, hingga senilai USD 170 miliar – USD 180 miliar.

“Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional, kami menargetkan pertumbuhan industri manufaktur sebesar 4%-4,5% pada tahun 2021 ini, dan sebesar 4,5%-5% pada tahun 2022,” ungkapnya.

Sedangkan untuk nilai investasi, Kementerian Perindustrian mengatakan bahwa pihaknya memiliki target sebesar 280-290 triliun dolar Amerika pada tahun 2021, dan sebesar Rp 300-310 triliun pada taun 2022.

“Kami juga menargetkan penyerapan tenaga kerja sebanyak 20,84 juta orang di tahun 2022,” tandasnya.

Menurut penuturan Agus, diketahui bahwa Kemenperin sudah menyiapkan berbagai macam hal, termasuk diantaranya mengidentifikasi segala tantangan yang mungkin akan mereka hadapi pada tahun depan. Semua itu mereka lakukan demi bisa mencapai target-target yang telah dibuat.

Beberapa tantangan tersebut, diantaranya adalah berkaitan dengan disrupsi dari supply chain, kelangkaan kontainer yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan perdagangan melalui jalur laut, dan berbagai event internasional khususnya eksibisi atau pameran internasional yang dilselenggarakan dalam bentuk visual atau digital dinilai kurang begitu mampu menarik pengunjung.

Selain itu, ada pula masalah ketergantungan impor bahan baku penolong, yang perlu adanya upaya mitigasi terhadap gelombang varian virus Omicron di sektor industri.

“Kami juga mengkaji untuk adanya usulan pemberian insentif baru bagi sektor industri tertentu agar daya saing industri meningkat,” ujarnya.