freightsight
Senin, 20 Mei 2024

INFO INDUSTRI

Surplus Dagang Jaga Upaya Pemulihan Ekonomi Nasional

30 Desember 2021

|

Penulis :

Tim FreightSight

ekspor perdagangan

Dollar trade export © geralt via Pixabay

• Salah satu indikasi pemulihan ekonomi di tengah pandemi Covid-19, bisa dilihat dari surplus neraca dagang.

• Namun, di sisi lain juga terjadi penurunan impor untuk produk pertanian dan perkebunan seperti pada komoditi, gula, dan kembang gula.

Salah satu indikasi pemulihan ekonomi di tengah pandemi Covid-19, bisa dilihat dari surplus neraca dagang. Demi bisa mempertahankan capaian tersebut, maka perlu menjalankan perdagangan yang terbuka dengan tetap memperhatikan kelancaran rantai pasok dalam negeri.

“Pemerintah harus fokus pada orientasi perdagangan terbuka dengan tidak melupakan kepentingan kelancaran rantai pasok dalam negeri yang dapat mendukung perekonomian di daerah,” kata Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (21/12).

Berdasarkan catatan yang ada, diketahui surplus dagang pada bulan November 2021 telah mencapai USD 3,51 miliar. Sedangkan untuk surplus kumulatif dari Januari – November 2021 berhasil mencapai USD 34,32 miliar.

Sedangkan untuk nilai ekspor Indonesia pada bulan lalu berhasil menjadi yang paling tinggi sepanjang sejarah, yakni mencapai USD 22,64 miliar. Sedangkan nilai impor memiliki juga valuasi tertinggi sepanjang sejarah, yakni mencapai USD 19,33 miliar.

Lebih lanjut ia juga meminta pemerintah untuk lebih mempermudah proses impor bahan baku, agar bisa menggerakan industri. Jika nantinya terjadi penurunan nilai impor, utamanya untuk bahan baku industri, yang seharusnya dilihat sebagai sebuah peringatan.

Saat ini migas masih memegang porsi terbesar ekspor Indonesia, yang mana berdasarkan catatan pada bulan November lalu berhasil mencapai USD 3,03 miliar, dengan demikian maka sektor ini tercatat tumbuh sebesar 59,4 persen jika dibandingkan dengan bulan Oktober, dan tumbuh sebesar 178,9 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu (yoy). Untuk porsi terbesarnya adalah pada komoditas hasil minyak.

Namun, di sisi lain juga terjadi penurunan impor untuk produk pertanian dan perkebunan seperti pada komoditi, gula, dan kembang gula. Beberapa negara yang menjadi asal impor tersebut adalah, Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, Uni Eropa, Thailand, Singapura, dan Amerika Serikat.

“Berkurangnya impor juga merupakan salah satu dampak pandemi Covid-19 di mana industri mengurangi jumlah tenaga kerja dan juga produksinya. Berkurangnya jumlah tenaga kerja dan produksi tentu juga mengurangi jumlah perdagangan, baik ekspor maupun impor," kata Pingkan.