freightsight
Kamis, 2 Mei 2024

INFO INDUSTRI

Rusia-Ukraina Perang, Gapki Ekspor CPO ke Amerika Selatan

28 Februari 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

CPO Sawit

CPO Sawit via sahamology.id

• Gapkim pastikan kinerja ekspor CPO tidak akan terganggu di tengah perang Rusia-Ukraina.

• Total ekspor Indonesia ke Ukraina mencapai 0,42 miliar dolar AS sepanjang 2021 atau naik 86,28 persen secara tahunan.

Eddy Martono selaku Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memastikan kinerja ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) tidak akan terganggu di tengah perang Rusia-Ukraina.

Eddy mengatakan bahwa asosiasi nya membidik Amerika Selatan sebagai pasar alternatif untuk mengalihkan kuota ekspor dari kawasan konflik tersebut.

“Seharusnya tidak terlalu mempengaruhi kinerja ekspor, karena memang ada kemungkinan permintaan beralih ke negara lain dengan adanya masalah panen kedelai di Amerika dan Amerika Selatan memang kurang berhasil,” ungkap Eddy melalui pesan WhatsApp pada Jumat (25/2/2022).

Eddy pun memastikan kinerja ekspor CPO RI akan membaik walaupun potensi penurunan permintaan dari Rusia dan Ukraina sebagai salah satu pasar terbesar milik Indonesia.

“Artinya jika berkurang di kedua negara tersebut, tetapi bisa jadi negara lain permintaan justru meningkat,” ungkapnya.
Berdasarkan hasil dari catatan Kementerian Perdagangan, total ekspor Indonesia ke Rusia mencapai 1,49 miliar dolar AS pada 2021 atau naik 53,42 persen secara tahunan. Sedangkan produk utama ekspor non migas RI ke Rusia adalah Refined Palm O e il, Liquid Fraction of refined palm oil, dan TSNR 20 dengan kontribusi masing-masing sebesar 24,59 persen, 13,56 persen, dan 6,05 persen.

Di samping itu, total ekspor Indonesia ke Ukraina mencapai 0,42 miliar dolar AS sepanjang 2021 atau naik 86,28 persen secara tahunan. Produk utama ekspor non migas Indonesia terhadap Ukraina Refined Palm Oil, Liquid Fraction of refined palm oil, juga other mixtures or preparations of animal fats atau oils dengan kontribusinya sebesar 50,54 persen, 20,06 persen, dan 4,64 persen.

Sedangkan sebelumnya Kasan Muhri selaku Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kemendag mengakui potensi melebarnya defisit neraca perdagangan minyak dan gas Indonesia seiring dengan kenaikan harga minyak dunia di tengah perang Rusia-Ukraina. Defisit itu turut karena menguatnya nilai tukar mata uang dolar AS terhadap rupiah.

Kasan juga mengatakan bahwa kementerian nya tengah mendorong meningkatkan volume ekspor produk manufaktur nonmigas untuk menutupi potensi melebarnya defisit neraca perdagangan tahun ini.