freightsight
Rabu, 24 April 2024

INFO INDUSTRI

Pengusaha Akan Tahan Impor Jika Konflik Rusia dan Ukraina Memanas

19 Februari 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Ukraina dan Rusia

Tentara Ukraina via Jejakkata

• GINSI melaporkan konflik Rusia-Ukraina berdampak langsung pada impor awal tahun ini.

• Pengusaha berpotensi menahan impor saat daya beli terkoreksi akibat kenaikan harga bahan baku sepanjang konflik di kawasan Eropa Timur.

Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) melaporkan konflik Rusia dan Ukraina akan berdampak langsung pada kegiatan impor awal tahun ini. Namun, biaya pengapalan dan kelangkaan kontainer masih menjadi kendala pelaku usaha untuk melakukan impor sejauh tahun yang lalu.

Erwin Taufan selaku Wakil Ketua Umum Bidang Logistik dan Kepelabuhanan BPP GINSI menyatakan bahwa dirinya belum menerima laporan dampak konflik Rusia-Ukraina terhadap kinerja impor dilakukan pengusaha anggota GINSI.

Namun, Erwin menggarisbawahi biaya pengapalan dan kelangkaan kontainer akan menjadi kendala utama selain potensi kenaikan harga bahan bakar minyak diakibatkan oleh konflik di kawasan Eropa Timur tersebut.

Melalui sambungan telepon pada Selasa (15/2/2022) Erwin mengatakan bahwa untuk saat ini masih belum dapat dirasakan oleh anggota GINSI kalau ini terus memanas, situasi tidak terkendali nantinya akan berdampak ke depan. Namun, sejauh mana itu mengganggu perekonomian harus dilihat nanti.

Namun, Erwin mengatakan pengusaha berpotensi menahan impor saat daya beli terkoreksi akibat kenaikan harga bahan baku sepanjang konflik di kawasan Eropa Timur.

“Jika dirasa daya belum kurang, mereka akan menahan impor, menghentikan mesinnya tetapi hingga sekarang belum ada laporan,” ungkapnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total nilai impor Indonesia pada Januari 2022 mencapai hingga 18,23 miliar. Setianto selaku Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS menyampaikan jika dibanding dengan Januari 2021, impor tumbuh sebesar 36,77 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Dari peningkatan tersebut, justru impor mencatat meningkat 43,66 yoy persen dan impor nonmigas tumbuh 35,86 persen yoy. Di samping itu, dibanding dengan Desember 2021, Setianto mengatakan bahwa impor Januari 2022 mengalami penurunan sebesar 14,62 persen (month-to-month/mtm).

Penurunan itu didorong oleh penurunan baik impor migas sebesar 34 persen atau impor nonmigas sebesar 10,97 persen.
“Total impor sebesar 18,23 miliar dollar AS atau turun 14,62 persen secara bulanan terjadi pada dua tahun terakhir kalau dibanding Desember tahun sebelumnya,” ungkapnya dalam konferensi pers virtual pada Selasa (15/2/2022).