freightsight
Minggu, 5 Mei 2024

INFO INDUSTRI

Resesi di Depan Mata, Ekonomi China Makin Lesu

3 Januari 2023

|

Penulis :

Tim FreightSight

via chinadialogue.net

Sektor manufaktur, jasa dan properti China diperkirakan melemah pada kuartal IV/2022 akibat pandemi.

Pembukaan kembali aktivitas ekonomi lebih cepat dari perkiraan juga diperkirakan mengganggu aktivitas ekonomi pada kuartal I/2023.

Sektor manufaktur, jasa dan properti China diperkirakan melemah pada kuartal IV/2022 karena pandemi Covid-19 mengakibatkan potensi kontraksi pertumbuhan ekonomi. Hal ini sejalan dengan proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) bahwa tekanan ekonomi semakin berat pada 2023 berujung pada resesi global.

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (3/1/2023), China Beige Book International (CBBI) menunjukkan indeks mengukur laba, penjualan dan lapangan kerja di sektor manufaktur dan jasa merosot pada kuartal IV/2022 jika dibandingkan dengan periode sama pada tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Di samping itu, indeks metrik sektor properti, termasuk transaksi dan harga, bahkan jatuh mendekati posisi terendah sepanjang masa. Adapun indeks ini didasarkan pada survei terhadap 4.354 bisnis.

Angka tersebut menyiratkan produk domestik bruto (PDB) China mengalami kontraksi pada kuartal IV/2022 dan hanya tumbuh 2% sepanjang 2022. Perkiraan tersebut lebih rendah dari median proyeksi ekonom dalam survei Bloomberg memperkirakan pertumbuhan ekonomi melambat menjadi 2,9% pada kuartal IV/ 2022 dan mencapai 3% untuk tahun 2022.

"Dengan lonjakan kasus Covid-19 yang sedang terjadi, investasi anjlok ke level terendah dalam 10 kuartal terakhir dan pesanan baru terus tertekan, pemulihan di kuartal pertama semakin tidak realistis," ungkap Kepala ekonom CBBI Derek Scissors.

Pencabutan pembatasan Covid-19 secara tiba-tiba oleh China pada awal Desember memicu lonjakan infeksi di seluruh negeri, bahkan menambah lebih banyak ketidakpastian pada prospek ekonomi. Pembukaan kembali aktivitas ekonomi lebih cepat dari perkiraan juga diperkirakan mengganggu aktivitas ekonomi pada kuartal I/2023, meskipun beberapa ekonom memperkirakan adanya kemungkinan peningkatan pemulihan lebih cepat setelah gelombang infeksi mencapai puncaknya.

Indikator minggu lalu menunjukkan bahwa tanda-tanda awal rebound dalam aktivitas di kota-kota seperti China di mana infeksi kemungkinan memang sudah mencapai puncaknya. CBBI menunjukkan bisnis tetap dalam kesulitan pada kuartal IV/2022. Perusahaan memperoleh 46% pinjaman dari lembaga nonbank dalam tiga bulan terakhir tahun 2022, naik dari 33% pada kuartal III/2022.

Kenaikan pinjaman ke sektor yang disebut perbankan bayangan tersebut juga menunjukkan perusahaan-perusahaan kesulitan memenuhi syarat kredit perbankan. Proyeksi ekonomi ini pun tentu saja juga sejalan dengan pernyataan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva bahwa ekonomi global menghadapi tahun yang sulit pada 2023 karena ancaman resesi.

“Kami perkirakan sepertiga ekonomi dunia akan mengalami resesi,” kata Georgieva dalam acara 'Face the Nation' di CBS seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (2/1/2023).

Dalam proyeksinya ini, Kristalina di sini pun juga menyebut perlambatan ekonomi di China sebagai salah satu penyebab resesi global, selain Amerika Serikat dan Uni Eropa. Kristalina di sini pun juga mengatakan China menghadapi tahun yang sulit. Hal tersebut terjadi lantaran pemerintahan Xi Jinping masih belum juga bisa mengatasi gelombang pandemi Covid-19.

“Itu diterjemahkan menjadi tren negatif secara global. Ketika kita melihat pasar negara berkembang atau emerging market, di sana, gambarannya bahkan lebih mengerikan," ucapnya.