freightsight
Minggu, 19 Mei 2024

EKSPOR

Ekonom Lebih Waspada akan Risiko Resesi Global Akibat Ekspor Indonesia Melambat

19 Desember 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

via pexels

Ekspor Indonesia November 2022 pertumbuhannya kian melambat, menjadi 5,58 persen.

**Ekspor Indonesia ini memang sangat terkait dengan komoditas. **

Ekspor Indonesia pada November 2022 telah mencatatkan pertumbuhan yang kian melambat, menjadi 5,58 persen saja secara tahunan (year-on-year/yoy), jika dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang nilainya sebesar 12,30 persen yoy.

Waspada terhadap risiko resesi global kian menghantui. Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman di sini pun juga mengatakan bahwa capaian tersebut menandakan pertumbuhan selama 25 bulan beruntun, tetapi dengan tingkat yang paling lambat sejak Juni 2020. Dibandingkan dengan periode Oktober 2022, ekspor Indonesia pada bulan November 2022 justru lebih terkontraksi sebesar 2,46 persen (month-to-month/mtm).

Faisal di sini pun juga mengatakan perlambatan pertumbuhan ekspor tersebut sejalan dengan penurunan harga komoditas.
Pasalnya, sebagian besar ekspor Indonesia ini memang sangat terkait dengan komoditas. Tiga komoditas ekspor teratas, yaitu bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, serta mesin dan peralatan listrik yang juga masing-masing mencatatkan penurunan sebesar 4,30 persen, 16,62 persen dan -4,29 persen secara bulanan.

“Kami melihat bahwa penurunan tersebut disebabkan oleh melemahnya permintaan global karena inflasi global melonjak, suku bunga kebijakan dinaikkan secara agresif, dan peningkatan kembali infeksi Covid-19 di beberapa negara menyebabkan lockdown,” katanya, Kamis (15/12/2022).

Berdasarkan negara tujuan utama, Faisal di sini pun juga mengatakan bahwa ekspor nonmigas ke China dan Amerika Serikat (AS) tetap mencatatkan pertumbuhan, walaupun peningkatannya tidak terlalu besar, masing-masing naik 0,60 persen dan 1,56 persen secara bulanan.

Di sisi lain, ekspor nonmigas ke Jepang dan India juga telah mencatatkan penurunan, masing-masing sebesar -5.01 persen dan -23.65 persen secara bulanan.

“Selama kumulatif sebelas bulan pertama tahun ini, ekspor tumbuh lebih lemah sebesar 28,16 persen yoy, dibandingkan 42,62 persen yoy pada periode Januari-November 2021, menunjukkan bahwa risiko resesi global telah mengancam kinerja ekspor Indonesia ke depannya,” jelas Faisal.

Di samping itu, impor Indonesia pada November 2022 juga mengalami kontraksi sebesar -1,89 persen yoy, pertama kali sejak Januari 2021.

“Apakah hal itu menunjukkan perekonomian Indonesia sudah berada dalam siklus penurunan? Masih terlalu dini untuk mengatakannya, tetapi perlu tetap diwaspadai,” katanya.

Faisal mengatakan bahwa kontraksi impor pada November 2022 sebagian besar disebabkan oleh penurunan impor migas yang ada di tengah penurunan harga minyak, tercatat turun 16,64 persen mtm, sedangkan impor nonmigas masih meningkat sebesar 2,45 persen mtm.

Berdasarkan penggunaannya, impor barang modal mencatatkan pertumbuhan 7,30 persen yoy, meski melambat dari bulan sebelumnya sebesar 28,47 persen yoy. Lebih lanjut, impor bahan baku yang merupakan penyumbang impor terbesar turun -1,82 persen yoy juga barang konsumsi turun -16,20 persen yoy. Penurunan barang konsumsi kata Faisal terkait melemahnya permintaan di tengah depresiasi nilai tukar rupiah.