freightsight
Sabtu, 4 Mei 2024

EKSPOR

Antisipasi Resesi Global 2023, GPEI dan Kemendag Soroti Akselerasi Ekspor

12 Desember 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

via unsplash

**Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) menyorot terjadinya ancaman resesi global pada 2023 yang akan mempengaruhi peluang dan tantangan ekspor nasional di tengah persaingan. **

Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) menyorot terjadinya ancaman resesi global pada 2023 yang akan mempengaruhi peluang dan tangan ekspor nasional di tengah persaingan. Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Ketua Umum GPEI, Benny Soetrisno, yang didampingi Sekjen GPEI Toto Dirgantoro ketika melakukan audiensi dengan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri (Diglu) Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan jajarannya.

Dalam audiensi yang dilakukan pada Rabu (7/12/2022) itu, para asosiasi eksportir diterima oleh Plt Ditjen Dalu Kemendag yang juga menjabat Direktur Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Didi Sumedi dan jajarannya. Turut hadir dalam audiensi kalangan asosiasi eksportir dari himpunan industri mebel, rumput laut, otomotif, Apindo, serta beberapa asosiasi eksportir komoditi lainnya.

Selain membahas upaya peningkatan ekspor pada 2023, para asosiasi eksportir nasional ini juga menginginkan langkah konkret dalam menekan biaya logistik dalam rangka meningkatkan ekspor nasional di tengah ancaman krisis global 2023.

“Asosiasi pelaku usaha eksportir telah menyampaikan berbagai masukan yang komprehensif kepada Pemerintah bagaimana upaya bersama perlu dilakukan untuk terus memacu kinerja ekspor nasional,” kata Benny.

Para pelaku ekspor nasional melakukan pembahasan dengan Kemendag untuk mendorong kinerja ekspor dan mengantisipasi ancaman resesi global 2023. Sekjen GPEI Toto Dirgantoro mengatakan, pada kesempatan itu juga dilakukan penyerahan buku kepada Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag mengenai monitoring agreement dengan berbagai negara untuk menyoroti apakah RI akan diuntungkan atau justru dirugikan dengan adanya berbagai perjanjian perdagangan internasional selama ini.

“Dari kajian dan analisa kami, kinerja perdagangan kita justru mengalami defisit dengan adanya berbagai agreement itu, seperti kinerja dagang dengan Australia dan China. Hal-hal seperti inilah yang perlu sama-sama dipertimbangkan kembali,” kata Toto.

Audiensi tersebut juga akan menindaklanjuti upaya berikutnya dengan membentuk forum bersama para asosiasi eksportir dan pemerintah cq Kemendag yang direncanakan akan mulai efektif pada Januari 2023.

“Dibentuknya forum tersebut adalah untuk mengkoordinasikan dan menyelesaikan masalah maupun hambatan ekspor yang ada sehingga dapat diselesaikan dengan lebih cepat,” ujar Toto.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia dalam periode Januari hingga Oktober 2022 mencapai US$ 244,24 miliar atau naik 30,97 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Sementara ekspor nonmigas mencapai US$ 230,62 miliar atau naik sebesar 30,61 persen.

Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari s/d Oktober 2022 itu berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$ 32,52 miliar (13,32 persen), diikuti Kalimantan Timur US$ 30,11 miliar (12,33 persen), dan Jawa Timur US$ 20,82 miliar (8,53 persen).