freightsight
Jumat, 22 November 2024

INFO INDUSTRI

Petani Desak Pemerintah Kendalikan Impor dan Harga Kedelai

28 Februari 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Kedelai

Kedelai via Freepik

• Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) mendesak pemerintah untuk melakukan pengendalian impor dan memberikan jaminan harga kedelai lokal untuk menjaga keberlanjutan produksi kedelai dalam negeri.

Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) M Yadi Sofyan Noor mendorong pemerintah untuk menjamin ketersediaan kedelai, benih, dan jaminan pasar. Mengingat hingga saat ini angka impor komoditas kedelai masih terbilang tinggi yakni mencapai 90 persen.

“Anggota KTNA seluruh Indonesia telah mengadakan pertemuan dan sepakat untuk mendukung pemerintah. Kami akan bersama-sama mengambil langkah strategi agar petani dapat memenuhi kebutuhan kedelai nasional,” ujar Yadi dalam siaran pers, Sabu (26/2/2022).

“Petani memerlukan jaminan harga. Jika harga menguntungkan tanpa diberi bantuan pun saya yakin petani akan semangat kembali menanam kedelai,” ujar Ali.

Yadi menuturkan, petani kedelai Indonesia mendesak pemerintah untuk melakukan pengendalian impor dan memberikan jaminan harga kedelai lokal untuk menjaga keberlanjutan produksi kedelai dalam negeri.

Salah satu perwakilan petani yang terlibat konsolidasi KTNA adalah Ali, ia menilai harga kedelai saat ini terbilang cukup stabil dan memungkinkan petani untuk tetap lanjut menanam padi.

“Pemerintah perlu memberikan jaminan harga kedelai. Jika harga tetap menguntungkan, saya yakin tanpa diberi bantuan pun petani akan tetap semangat menanam kedelai,” tutur Ali.

Sebagai informasi, Kabupaten Grobogan merupakan salah satu sentra pertanian kedelai di Indonesia. Petani di daerah ini menerapkan sistem penanaman kedelai yang efisien dengan provitas tinggi mencapai 2,5 ton per hektare (ha).

Ali menambahkan, kenaikan harga kedelai sudah berlangsung sejak 2019. Adapun penanaman kedelai di Kabupaten Grobogan mencapai sekitar 10-15 persen pada 2019 pada lahan seluas 28.000 ha. Kemudian mengalami peningkatan pada tahun-tahun berikutnya.

“Pada 2020 ada peningkatan harga, kemudian pada 2021 peningkatannya tercatat sebesar 40-50 persen dari area lahan. Untuk tahun 2022 ini diperkirakan juga mengalami kenaikan harga mencapai 70 persen,” papar Ali.

Ali juga menegaskan perlunya optimalisasi benih berkualitas. Apabila bantuan benih ditingkatkan hingga 60 kilogram per ha dengan daya tumbuh minimal 85 persen, produksi yang dihasilkan bisa mencapai 2,5 ton per ha.

“Jika benih tidak berkualitas, hasil produksi per ha tidak bisa terpenuhi,” terangnya. Sementara itu, Ketua KTNA Blora Sudarwanto menilai, petani memerlukan jaminan kepastian pasar dan harga.

Sudarwanto juga meminta semua pihak untuk menyoroti isu keterbatasan benih kedelai berdormansi pendek (1 bulan) sebagai perhatian penting. Terkait budidaya kedelai misalnya, petani di Blora akan menerapkan sistem pertanian kedelai dengan sistem methuk, khususnya kedelai hitam.

“Jadi, Oktober adalah periode penanaman jagun. Satu bulan menjelang panen, bagian bawah pohon jagung akan disemprot herbisida untuk ditanami kedelai. Ketika jagung panen, kedelai mulai tumbuh,” jelas Sudarwanto.

Sementara itu, penangkar kedelai Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Blora Widodo menyatakan, curah hujan menjadi salah satu kendala yang juga dihadapi petani saat ini. Sehingga dengan alat dan mesin pertanian (alsintan) tersisa 1 theser hasil panen menjadi tidak maksimal.