freightsight
Minggu, 24 November 2024

INFO INDUSTRI

Perlu dibenahi lagi, Biaya Transportasi Sumbang 70% Cost Logistik

8 November 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Resesi Global

via freepik

Berbagai negara dan lembaga nasional juga internasional merilis potensi resesi global 2023.

Sektor logistik berpotensi berperan penting dalam mengurangi dampak resesi.

Berbagai negara dan lembaga nasional juga internasional merilis potensi resesi global pada tahun 2023 berdasarkan sejumlah indikator. International Monetary Fund (IMF), contohnya sudah menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi global menjadi hanya 2,9% pada tahun 2023.

Pelambatan pertumbuhan ekonomi berbagai negara, seperti Tiongkok, Eropa dan Amerika Serikat menjadi indikator ancaman resesi itu. Tiongkok, misalnya pada kuartal II 2022 tumbuh 0,4% (yoy) atau ter kontraksi 4,4% jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi, menyatakan bahwa sektor logistik berpotensi berperan penting dalam mengurangi dampak resesi itu terutama yang berkaitan dengan pelemahan daya beli masyarakat.

“Efisiensi biaya logistik dapat mengurangi potensi kenaikan harga produk dan komoditas yang akan dibeli masyarakat,” ujarnya pada Senin (7/11/2022).

Menurutnya, upaya peningkatan efisiensi logistik ini juga perlu difokuskan pada proses transportasi karena biaya transportasi berkontribusi sekitar 70 persen dari biaya logistik total. Sedangkan komponen biaya logistik lainnya pada proses pergudangan yang memang lebih terkendali dalam lingkup internal perusahaan.

Dengan demikian, imbuhnya, perbaikan transportasi perlu memperhatikan jenis produk/komoditas karena adanya perbedaan kontribusi biaya transportasi pada harganya.

“Berdasarkan pengamatan di perusahaan pada beberapa sektor, biaya transportasi terhadap harga jual produk minuman, misalnya, sekitar 3-8 persen,” ucap Setijadi.

Beliau menjelaskan bahwa sementara untuk makanan ringan sudah ada sekitar 10-25% dan semen mencapai 15-20%. Untuk produk bernilai tinggi, nilai perbandingan itu relatif kecil. Misalnya, produk otomotif sekitar 0,5-2% dan produk farmasi sekitar 0,5-1%.

Setijadi juga menjelaskan bahwa upaya peningkatan efisiensi transportasi bisa dilakukan pada tiga aspek, yaitu people (kompetensi personil), process dan technology.

Setijadi mengungkapkan bahwa kompetensi personil bukan hanya mencakup kompetensi teknis untuk aktivitas operasional harian (day-to-day operations), tetapi kemampuan manajerial dan strategis, seperti mengidentifikasi serta mengeksekusi peluang bisnis.

Efisiensi juga tergantung dari proses yang perlu dipahami secara end-to-end dan komprehensif. Proses konsolidasi, misalnya, sering tidak dipahami sehingga tidak menjadi peluang peningkatan efisiensi itu.

“Selanjutnya, penggunaan teknologi, termasuk teknologi informasi, tidak dapat ditawar lagi dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional transportasi,” tuturnya.

Transportasi Makro, Setijadi menabahkan bahwa upaya peningkatan efisiensi transportasi dilakukan pelaku industri perlu didukung dengan perbaikan dan pengembangan sistem transportasi secara nasional juga melibatkan semua pemangku kepentingan.

Karenanya, Pemerintah terus meningkatkan pembangunan infrastruktur demi lebih meratakan penyebaran juga meningkatkan kapasitas infrastruktur, termasuk pelabuhan serta jaringan jalan dan rel.

Di lain pihak, operator infrastruktur logistik juga perlu meningkatkan fasilitas, kapabilitas dan layanannya.

“Dalam jangka panjang, dengan memperhatikan kondisi geografis Indonesia, harus dikembangkan sistem transportasi multimoda dengan transportasi laut sebagai backbone-nya yang terintegrasi dengan transportasi hinterland setiap wilayah,” ucap Setijadi.