IMPOR
27 Desember 2022
|
Penulis :
Tim FreightSight
Keputusan pemerintah untuk mengimpor beras sebanyak 500 ribu ton merupakan pilihan terakhir untuk memperkuat stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang ditargetkan sebanyak 1,2 juta ton pada akhir tahun 2022.
Keputusan pemerintah untuk mengimpor beras sebanyak 500 ribu ton merupakan pilihan terakhir untuk memperkuat stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang ditargetkan sebanyak 1,2 juta ton pada akhir tahun 2022. Diharapkan dengan tambahan beras impor tersebut dapat memenuhi kebutuhan selama Januari-Februari 2023 yang hitunganya masih defisit antara produksi dan konsumsi.
Direktur Ketersediaan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Budi Wuryanto mengatakan, stok yang dikuasi Perum Bulog saat ini tidak dalam kondisi ideal menghadapi Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2023. Hingga 21 Desember, CBP yang ada di Bulog hanya sebanyak 399.160 ton. Padahal idealnya 1,2 juta ton sesuai target pemerintah.
“Karena itu, pemerintah melakukan top up agar CBP bisa mencapai 1,2 juta ton. Jadi impor 500 ribu ton merupakan pilihan terakhir untuk memenuhi CBP,” kata Budi.
Dengan kondisi stok beras saat ini dibandingkan dengan kebutuhan bulanan masih sangat jauh. Sehingga pemerintah memutuskan Bulog untuk mengimpor 500 ribu ton untuk memperkuat CBP hingga Januari-Februari 2023. Budi mengakui, tipisnya stok CBP yang dipegang Bulog, salah satu faktornya adalah tingginya pengeluaran beras program KPSH atau operasi pasar untuk menjaga stabilisasi harga beras yang naik cukup tinggi sejak Juli. Jika pada Januari, harga beras medium masih sekitar Rp 10.900/kilogram, maka pada Desember sudah mencapai Rp 11.300/kilogram.
Sedangkan volume beras KPSH yang sebelumnya di bawah 100 ribu ton, pada Agustus mencapai 200 ribu ton. Bahkan hingga akhir tahun 2022, volume beras yang Bulog gelontorkan untuk program KPSH mencapai 1,16 juta ton.
“Jika stok CBP Bulog menipis, sulit bagi pemerintah meredam laju peningkatan harga beras. Padahal kenaikan harga beras berkontribusi tinggi terhadap inflasi dan kenaikan pangan lainnya,” ujarnya.
Budi mengungkapkan, jika melihat secara keseluruhan perbandingan produksi padi nasional dengan kebutuhan, maka ada surplus. Produksi pada tahun 2022 berdasarkan perhitungan KSA (Kerangka Sample Area) BPS sebanyak 55,43 juta ton gabah kering giling (GKG) atau 31,93 juta ton setara beras. Dengan kebutuhan setahun 30,19 juta ton, aka nada surplus sekitar 1,7 juta ton.
“Tapi kalau melihat produksi bulanan, sejak Agustus produksi dibandingkan kebutuhan minus,” ujarnya.
Bagikan artikel ini:
ARTIKEL TERKAIT
TERPOPULER
18 Maret 2024
1 Maret 2024
2 Februari 2024
17 Januari 2024
3 Januari 2024
19 Desember 2023
6 Desember 2023
5 Desember 2023
4 Desember 2023
Selalu update dengan berita terbaru!
LAPORAN INDUSTRI
18 Maret 2024
1 Maret 2024
2 Februari 2024
Copyright 2021 © Freightsight. Kebijakan privasi