PELABUHAN
13 Juni 2022
|
Penulis :
Tim FreightSight
Pelindo pascamerger mencanangkan standardisasi seluruh pelabuhan yang ada di bawah kendalinya secara bertahap.
Direktur Utama PT Pelindo (Persero) Arif Suhartono mengatakan standardisasi operasional dan komersial menjadi salah satu fokus inisiatif strategis perusahaan pascamerger pada Oktober 2021 lalu.
Hal itu merupakan komitmen manajemen Pelindo untuk bisa berperan mengurangi biaya logistik di Indonesia.
Berdasarkan data Bank Dunia, biaya logistik di Indonesia tercatat sebesar 23 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Biaya tersebut lebih tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Berbeda dengan negara tetangga seperti Malaysia, misalnya, ongkos logistik Negeri Jiran tersebut sudah di angka 13 persen, lebih baik dari Tiongkok sebesar 15 persen.
Adapun pencapaian terbaik dimiliki oleh Singapura dengan hanya delapan persen, setara dengan Amerika Serikat.
“Pelabuhan berperan mengefisiensikan biaya logistik melalui peningkatan produktivitas bongkar muat dan penurunan ‘Port Stay’ atau Waktu Sandar Kapal di Pelabuhan. Kita harus melakukannya bersama-sama karena biaya logistik menyangkut aspek lain seperti transportasi darat dan administrasi,” kata Arif dalam keterangan tertulisnya pada Sabtu (11/6/2022).
Oleh karena itu, Pelindo pascamerger mencanangkan standardisasi seluruh pelabuhan yang ada di bawah kendalinya secara bertahap.
Empat langkah dilakukan Pelindo untuk mencapai standardisasi operasional dan komersial, yakni pengembangan kapabilitas organisasi dan manusia, pola bisnis operasi berbasis perencanaan dan kontrol, optimalisasi infrastruktur dan peralatan termasuk penataan lay out pelabuhan, dan membangun budaya keselamatan melalui peningkatan kesadaran akan keselamatan dan standarisasi protokol keselamatan.
Ditemukan hasil bahwa selama hampir delapan bulan pascamerger, tercatat peningkatan kinerja dan produktivitas di sejumlah pelabuhan.
Peningkatan produktivitas bongkar muat diukur dengan parameter boks per kapal per jam (BSH) dan pengurangan port stay atau waktu sandar kapal di pelabuhan yang diukur dengan jumlah hari.
Di Terminal Peti Kemas (TPK) Belawan, jumlah bongkar muat naik lebih baik dari dua kali lipat dari 20 boks per kapal per jam menjadi 45 boks per kapal per jam.
Kecepatan bongkar muat itu membuat waktu sandar kapal dapat berkurang menjadi setengahnya, dari dua hari menjadi hanya satu hari.
Peningkatan kinerja yang sama terjadi di TPK Makassar, dari 20 BSH menjadi 42 BSH dan waktu sandar juga bisa berkurang dari dua hari menjadi satu hari.
Sementara kinerja terbaik dimiliki oleh Terminal Peti Kemas Pelabuhan Ambon. Peningkatan jumlah bongkar muat naik hampir tiga kali lipat, dari 12 boks per kapal per jam menjadi 35 boks.
Dampaknya, jumlah waktu sandar dapat terpangkas tajam dari tiga hari menjadi satu hari.
“Makin pendeknya waktu sandar dan kecepatan bongkar muat membuat biaya operasional makin efisien, dan trafik kapal jadi meningkat. Paling tidak, hal itu sudah tergambar dalam kinerja kuartal I-2022. Arus kapal, misalnya, mencapai 283 juta GT, satu persen lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya,” ujarnya.
Selain itu, arus peti kemas juga alami kenaikan, yakni sebanyak dua persen di atas pencapaian pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Pada kuartal I-2022, arus peti kemas Pelindo mencapai 4,2 juta TEU’s. Arus barang juga naik lebih tinggi delapan persen di atas tahun lalu, yakni mencapai 37 juta ton.
“Hal itu juga terlihat dari kenaikan EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) pada kuartal I-2022 yang naik tujuh persen melebihi capaian periode yang sama tahun sebelumnya,” terang Arif.
Bagikan artikel ini:
ARTIKEL TERKAIT
TERPOPULER
18 Maret 2024
1 Maret 2024
2 Februari 2024
17 Januari 2024
3 Januari 2024
19 Desember 2023
6 Desember 2023
5 Desember 2023
4 Desember 2023
Selalu update dengan berita terbaru!
LAPORAN INDUSTRI
18 Maret 2024
1 Maret 2024
2 Februari 2024
Copyright 2021 © Freightsight. Kebijakan privasi