freightsight
Sabtu, 27 April 2024

INFO INDUSTRI

Penyebab Investasi Asing Tak Selalu Berkorelasi dengan Ekspor

9 Februari 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Ekspor

© PA via ft.com

• Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengatakan kehadiran investasi asing tak selalu berkorelasi positif dengan kinerja ekspor.

• Investasi asing bisa menghadapi kendala akses pada sektor pertanian dan perkebunan karena sulitnya membangun relasi dengan plasma maupun UMKM vital demi mendukung rantai pasok.

Kamar dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengatakan bahwa kehadiran investasi asing tak selalu berkorelasi positif dengan kinerja ekspor. Bukan biaya produksi dan perdangangan tetap menjadi faktor utama yang memang memengaruhi aktivitas ekspor.

Shinta W. kamdani selaku Koordinator Wakil Ketua Umum III Kadin Bidang Maritim, Investasi dan Luar Negeri mengatakan bahwa sebenarnya memang skema biaya produksi tidak kompetitif hanya akan memudahkan penetrasi pasar domestik pada investasi yang nantinya akan masuk. Indonesia rasanya memang sangat perlu mengatur iklim usaha tepat suatu investasi asing masuk bisa berorientasi ekspor.

“Adapun berperan di sini ternyata memang bukan sektornya dari negara mana investornya, hanya saja lebih pada bagaimana mengatur iklim usaha. Khususnya dari sisi efisiensi biaya usahanya pada sektor menjadi target masuknya investasi asing dan ekspor,” kata Shinta, Jumat (4/2/2022).

Misalnya, beliau juga telah mengatakan bahwa investasi dari China dan Hong Kong dengan kenaikan ekspor RI ke kawasan tersebut disebabkan oleh iklim usaha yang memang sejak awal difasilitasi untuk produksi produk hilir besi baja berorientasi ekspor. Tanpa adanya dukungan sejak awal pun menilai dampak investasi pada ekspor dapat lebih rendah.

Beliau juga menjelaskan bahwa, investasi asing pada sektor pertambangan di Industri tak selalu berarti memiliki kinerja ekspor produk tambang akan terus meningkat karena beberapa faktor, seperti lantas ekspor dan keengganan investor asing untuk membangun smelter di Indonesia sebelum diwajibkan oleh pihak regulasi.

Shinta juga telah mencatat ekspor beberapa produk unggulan seperti contohnya adalah minyak sawit, garmen, dan ban lebih banyak ditopang oleh investasi dalam negeri karena pertimbangan manajemen industri padat karya yang lebih sulit dilakukan oleh investasi asing.

Rupanya memang investasi asing bisa menghadapi kendala akses adar pada sektor pertanian dan perkebunan karena sulitnya membangun relasi dengan plasma maupun UMKM vital demi mendukung rantai pasok.

Lalu, beliau menjelaskan lagi bahwa ke depannya jika memang sebenarnya Indonesia mau mendorong ekspor melalui FDI, perlu dipastikan dulu data saing biaya produksi serta biaya rantau pasik di sektor telah ditargetkan.

Pemerintah juga mencatat realisasi investasi asing pada tahun 2021 telah mencapai hingga 454 triliun rupiah naik menjadi 10 persen dari pada investasi asing di tahun 2020 yang berjumlah 412,8 triliun rupiah. Dari realisasi inilah sektor usaha industri logam serta pertambangan menjadi kontributor terbesar pada tahun 2021 masing-masing nilainya sebesar 6,97 miliar dollar AS dan 3,81 miliar dollar AS.