freightsight
Jumat, 22 November 2024

INFO INDUSTRI

Pelaku Logistik Rasakan Sinyal Ancaman Resesi Global

18 Oktober 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Ilustrasi Resesi via headtopics.com

Kalangan pelaku usaha termasuk di sektor logistik sedang mencermati fenomena ancaman krisis global.

Pengusaha logistik melalui Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) menyikapi prediksi ancaman krisis atau resesi global pada 2023. Pemerintah juga telah memberikan sinyal soal ancaman ketidakpastian perekonomian dunia pada tahun depan.

Ketua Umum DPP ALFI, Yukki Nugrahawan Hanafi mengemukakan, saat ini kalangan pelaku usaha termasuk di sektor logistik sedang mencermati fenomena ancaman krisis global tersebut. Bahkan pengusaha logistik di Indonesia juga mulai melihat sinyal itu lantaran kegiatan perdagangan dunia yang mulai lesu dan biaya kontainer yang kembali ke titik semula. Terlebih lagi, penurunan aktivitas ekspor impor sudah mulai dirasakan sejak dua bulan lalu. Untuk itu, kata Yukki, dalam upaya mempertahankan kinerja sektor logistik perlu strategi yang jitu dengan selalu memperhatikan indikator-indikator perekonomian global akibat ancaman resesi tersebut.

"Apalagi, peringatan pemerintah soal ancaman resesi global juga cukup beralasan, yang mengingatkan bahwa resesi global ditandai dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia, melandainya permintaan dari negara maju, melemahnya harga komoditas, dan terjadinya arus pembalikan modal atau capital reserval," ujar Yukki.

Oleh karena itu, imbuhnya, ALFI tidak pernah bosan mengingatkan kepada para pelaku logistik agar lebih bijak menyikapi situasi ini supaya lebih siap mengantisipasi kondisi ketidakpastian ekonomi jika resesi global itu terjadi. Pasalnya, semua negara pasti akan terkena imbas jika resesi sudah melanda dunia, tak terkecuali Indonesia. Karenanya, ujar Yukki, perlu adanya optimisme para pelaku logistik dengan harapan kondisi akan berangsur membaik di masa mendatang.

"Sama halnya saat pandemi Covid-19 berlangsung, sektor logistik menjadi salah satu sektor yang optimis mampu bertahan, bahkan sebagian di antaranya malah tumbuh," ucapnya.

Yukki mengingatkan, pengusaha logistik perlu menciptakan optimisme tersebut. Sebab dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 5,3% maka konsumsi masyarakat juga perlu dijaga. Sementara investasi didorong untuk tetap tumbuh hingga pada akhirnya mampu meningkatkan lapangan pekerjaan.

"Selain itu jika dibandingkan banyak negara lainnya, kondisi realisasi investasi dan inflasi Indonesia masih jauh lebih baik (5,8%), dan dasar Inilah yang membuat kita tetap optimistis walau perlu kehatian-hatian menghadapi ekonomi tahun depan. Makanya, kita perlu kerja keras dengan seluruh potensi yang ada saat ini agar bisa meminimalisir imbas ancaman krisis global. Dan ingat, jangan panik," jelas Yukki.

Yukki mengungkapkan, saat pandemi Covid-19 sempat terjadi kelangkaan kontainer dan masa itu memang dirasakan ketersediaan space kapal dan kontainer cukup sulit. Namun, pascapandemi ketersediaan kontainer dan kapal space berangsur membaik, bahkan freight saat ini hampir mencapai level sebelum pandemi.

Meski demikian, ujarnya, perlu dicurigai bahwa kondisi harga freight sekarang ini terjadi akibat makro di level dunia yang disebabkan pertumbuhan global akibat kondisi geopolitik di Eropa yang ternyata berdampak dan mempengaruhi secara masif tren ekonomi di semester ke-2 tahun 2022 dan proyeksi tahun 2023. Hal itu jugalah yang menjadi sinyal ancaman resesi atau krisis global 2023.

Yukki yang juga menjabat Chairman Asean Federation of Forwarders Association (AFFA), menjabarkan bahwa kondisi ekonomi akan sangat mempengaruhi pergerakan barang dan pada akhirnya berimbas pada freight dan keseimbangan ketersediaan kontainer. Apalagi berdasarkan info terakhir, beberapa shipping line besar sudah mulai mengurangi kapal mereka di Asia akibat turunnya volume pergerakan barang dan harga freight.

"Namun saat ini harga freight sudah kembali normal dan hal itu sesuai perkiraan dari sejak enam bulan lalu dan penurunan sudah dirasakan sejak dua bulan terakhir ini. Tetapi perlu dicatat bahwa penurunan freight itu bukan saja di sea freight tetapi juga di air freight," jelas Yukki.