freightsight
Jumat, 22 November 2024

INFO INDUSTRI

Pasokan Kapas Kena Imbas Rusia-Ukraina, Bagaimana Strategi Industri Tekstil?

4 Maret 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Industri tekstil

Industri tekstil. FOTO/iStockphoto via tirto.id

• Ukraina baru-baru ini menjadi salah satu negara pemasok kapas bagi Indonesia.

• Kenaikan harga kapas segera dirasakan oleh industri penggunanya karena langsung diperdagangkan sebagai komoditas di pasar internasional.

Ukraina baru-baru ini menjadi salah satu negara pemasok kapas bagi Indonesia. Berdasarkan data statistik perdagangan United Nations Comrade, nilai impor kapas dari Ukraina mencapai 6.720 dolar AS pada 2020. Ukraina rupanya juga memasok gumpalan, kain, bukan tenunan, benang, dan tali senilai 5.920 dolar AS pada 2020.

Redma Gita Wirawasta selaku Sekjen Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) mengatakan bahwa harga kapas dunia telah mengalami kenaikan sejak tahun lalu serta berpeluang kembali terakselerasi dengan adanya konflik Rusia-Ukraina.

Redma juga mengatakan bahwa di tengah kenaikan harga kapas, pengusaha tekstil biasanya beralih ke bahan baku lain seperti polyester dan rayon.

"Dari Rusia kawasan Uzbekistan ada impor kapas, tetapi sedikit. Biasanya mereka mengalihkan ke rayon dan polyester," ungkap Redma pada Bisnis, Selasa (1/3/2022).

Beliau juga melanjutkan bahwa kenaikan harga kapas segera dirasakan oleh industri penggunanya karena langsung diperdagangkan sebagai komoditas di pasar internasional. Di samping itu, walaupun polyester terdampak kenaikan harga minyak dunia justru peningkatannya berlangsung secara berangsur melalui proses pengolahan terlebih dulu.

Di samping itu, jika dibandingkan kapas, kenaikan harga polyester lebih rendah. Sekarang ini industri hulu lokal memenuhi 85 persen kebutuhan polyester dan rayon. Sayangnya, hanya 98 persen kebutuhan kapas masih dipenuhi melalui importasi. Ada pula, total komposisi konsumsi serat untuk industri tekstil 40 persen polyester, 30 persen rayon, dan 30 persen kapas.

Di samping itu, Redma mensinyalir akan ada dampak pada kinerja ekspor jika konflik dua negara itu berkelanjutan. Walaupun permintaan ekspor sekarang belum mengalami penurunan, kendala rantai pasok akibat konflik Rusia-Ukraina berpeluang merembet pada kinerja tekstil Indonesia.

"Maka dari itu kami berharap pasar lokal tak ada gangguan. Jika ekspor kami tidak dapat mengatur kondisi dunia, tetapi lokalnya bisa diatur. Jadi, jika ekspor ada sedikit gangguan, lokalnya masih berjalan," tegas Redma.