freightsight
Rabu, 24 April 2024

INFO INDUSTRI

Orientasi Pasar Menentukan Naiknya Ekspor dari Investasi Asing

9 Februari 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Investasi ekspor logistik

Container Ship via wikimedia.org

• Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) kementerian perdangangan mengatakan bahwa meningkatnya investasi asing tidak selalu sejalan dengan peningkatan ekspor.

• Perbedaan ini pun mampu menujukkan bahwa investasi masuk ke Indonesia tidak didukung oleh usaha yang berorientasi ekspor.

Kasan selaku Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kementerian Perdangangan mengatakan bahwa meningkatnya investasi asing tidak selalu sejalan dengan peningkatan ekspor. Karena dampak investasi terhadap ekspor ditentukan para orientasi pasar dari usaha yang dibuka.

“Hal ini juga teragung jenisnya apakah investasi asing baru atau perluasan. Jika memang baru, tentu memerlukan waktu sampai produksi termasuk untuk ekspor,” ucap Kasan, Jumat (4/2/2022).

Jika dibandingkan dengan negara ASEAN seperti Vietnam, kasan juga mengatakan bahwa nilai Foreign Direct Investment (FDI) yang masuk tentunya tidak terlalu berbeda. Namun, di sini kasan juga mencatat adanya peningkatan ekspor lebih terlihat di Vietnam yang memperlihatkan rasio ekspor mencapai 105,55 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2020 justru jauh meningkat daripada posisi 2000 di angka 53,93 persen.

“Sementara itu, Indonesia dengan nilai investasi asing tidak jauh berbeda, usaha ekspor terhadap PDB masih sekitar 23 persen. Ini bisa dikatakan investasi di Vietnam memang banyak berorientasi ekspor,” tambahnya.

Bahkan perbedaan ini pun mampu menujukan bahwa investasi masuk ke Indonesia tidak didukung oleh usaha yang berorientasi ekspor. Kasan juga mengataskan bahwa investasi asing di sejumlah sektor memang hadir untuk memenuhi kebutuhan luar negeri karena kapasitas produksi yang pesat dan tidak seluruhnya diserap pasar domestik.

“Tentu tidak akan bisa digeneralisasi investasi asing belum berorientasi ekspor. Setiap kasus pasti berbeda,” katanya.
Beliau juga memberikan contoh mengenai perkembangan investasi di sektor pertambangan yang diikuti dengan penghiliran pada besi dan baja. Peningkatan ekspor pada besi baja dinikmati Indonesia dalam tiga tahun terakhir adalah buah dari investasi pada tahun sebelumnya.

Jika dilihat dari jenis produknya, ekspor Indonesia memang didominasi bahan bakar mineral rasio 16 persen pada ekspor 2021 dan minyak nabati 13 persen dari total ekspor sekitar 231 miliar dollar AS. Adapun ekspor yang didominasi investasi asing seperti peralatan elektronik menyumbang sekitar 5,7 persen dari total ekspor dan kendaraan bermotor 4,0 persen.
Sementara itu, kinerja ekspor Vietnam mencapai 293,7 miliar dollar AS pada 2021 ditopang oleh ekspor produk elektronik dengan kontribusinya 39 persen. Bahan bakar mineral yang menyumbang senilai 11 persen serta mesin juga reaktor nuklir menyumbang 8,6 persen.

Walaupun demikian, kontribusi ekspor produk bernilai tambah asal investasi asing masih terbatas. Kasan tentu meyakini masuknya investasi asing berorientasi ekspor bagi Indonesia tetaplah besar. Kenaikan realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) dalam beberapa tahun terakhir menjadi indikasi Indonesia masih menjadi lokasi cukup menjanjikan.

Bhima Yudhistira selaku Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) mengatakan keterikatan investasi asing dan kinerja ekspor ditentukan oleh orientasi pasar dari usaha yang beroperasi. Dengan demografi Indonesia menjanjikan tentu tak mungkin investasi asing justru hadir untuk penetrasi pasar domestik.

Beliau juga mengatakan untuk sektor pertambangan dan perkebunan menikmati commodity booming dapat menarik PMA karena prospek ekspor bagus.

Selain kedua sektor itu, Bhima juga mencatat adanya beberapa sektor, baik berorientasi domestik maupun ekspor menarik bagi investasi asing yaitu sektor farmasi dan produk kertas.

Keberterusan investasi juga mencatat PMA di kea sektor ini mencapai 1,65 miliar dollar AS dan 952,5 juta dollar AS pada 2021. Pada 2020 investasi di kedua sektor berjumlah 1,74 miliar dollar AS dan 942,8 juta dollar AS.