freightsight
Kamis, 12 September 2024

EKSPOR

Minyak Sawit Picu Penurunan Ekspor Industri Pengolahan

15 Juni 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Minyak Sawit

Kelapa Sawit via Pixabay

BPS mencatat penurunan ekspor Mei 2022 terjadi hampir di semua sektor, baik sektor industri pengolahan, pertanian, perikanan, kehutanan, dan pertambangan.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Setianto menyampaikan, sektor industri pengolahan mengalami penurunan ekspor terdalam sebesar 25,92 persen pada Mei 2022 dibanding April 2022, di mana restriksi ekspor minyak sawit menjadi pemicunya.

"Jadi yang mengalami penurunan secara month to month (mom) ini utamanya adalah industri pengolahan yang mengalami penurunan ekspor terdalam yaitu turun 25,92 persen. Untuk minyak kelapa sawit, kita mengalami restriksi ekspor pada Mei lalu, sehingga minyak kelapa sawit mengalami penurunan ekspor pada Mei 2022," katanya saat jumpa pers di Jakarta pada Rabu (15/6/2022).

Setianto menyampaikan, penurunan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia terlihat dari data ekspor komoditas itu ke India yang turun 100 persen pada Mei 2022 menjadi 0 rupiah dari April 2022 sebesar US$ 376,60 juta.

Kemudian ekspor minyak sawit ke Pakistan juga turun 90,17 persen menjadi US$ 21,90 juta dari sebelumnya US$ 222,80 pada April 2022.

Adapun penurunan ekspor minyak sawit terbesar terjadi dari Riau yang turun sebesar 91,57 persen dari sebelumnya US$ 84,40 juta pada Mei 2022 dibandingkan April 2022 sebesar US$ 1 miliar.

Setianto menambahkan, nilai ekspor RI pada Mei 2022 mencapai US$ 21,51 miliar atau turun 21,29 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Kendati demikian, nilai ekspor tersebut meningkat 27 persen dibandingkan ekspor pada Mei 2021.

Menurut Setianto, penurunan ekspor Mei 2022 terjadi hampir di semua sektor, baik sektor industri pengolahan, pertanian, perikanan, kehutanan, dan pertambangan.

"Hanya sektor migas yang mengalami ekspor pada Mei 2022 sebesar 4,38 persen" katanya.

Adapun sektor pertanian mengalami penurunan 25,92 persen dengan penurunan terbesar terjadi pada ekspor sarang burung walet dan tanaman obat.

Kemudian penurunan juga dialami sektor pertambangan sebesar 12,92 persen yang didorong oleh penurunan komoditas bijih tembaga dan lignit.

Sementara itu, ekspor sektor migas mengalami peningkatan 4,38 persen (mom) utamanya didorong oleh komoditas migas untuk minyak mentah dan gas.

"Komoditas yang mengalami peningkatan antara lain nikel, tembaga, bahan anyaman nabati, minuman, alkohol, cuka, kembang api, korek api dan bahan peledak," tukasnya.

Berdasarkan negara penerim impor, kenaikan ekspor terbesar Indonesia adalah Tiongkok, Amerika Serikat, dan Singapura.