freightsight
Selasa, 16 April 2024

INFO INDUSTRI

Luhut Ajak Amerika Untuk Berinvestasi Pada Panel Surya – Pelabuhan

20 Desember 2021

|

Penulis :

Tim FreightSight

Luhut B Pandjaitan Investasi Amerika

ANTARA/HO-Instagram @luhut.pandjaitan

• Luhut B Pandjaitan selaku Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menyampaikan harapannya agar Amerika Serikat (AS) bisa menanamkan investasi pada sektor energi hijau dan infrastruktur ramah lingkungan.

• Luhut juga menyampaikan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang menghasilkan produk turunan dari industri nikel dan akan terus melakukan pengembangan sektor tersebut dengan melakukan kerjasama dengan negara lain.

Luhut B Pandjaitan selaku Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menyampaikan harapannya agar Amerika Serikat (AS) bisa menanamkan investasi pada sektor energi hijau dan infrastruktur ramah lingkungan, seperti panel surya dan pelabuhan rumah lingkungan.

Semua harapan tersebut disampaikan langsung oleh Luhut, ketika melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinkan di Jakarta, Selasa (14/12).

"Salah satu yang ditawarkan adalah investasi pada proyek pelabuhan yang ramah lingkungan,” kata Luhut, dalam siaran pers, Rabu (15/12).

Lebih lanjut, Luhut juga menyampaikan harapannya agar ke depan Amerika Serikat bisa membangun industri panel surya di Indonesia, sebagai dukungan untuk bisa melakukan pembangunan sumber energi berkelanjutan.

“Indonesia memiliki komitmen yang besar untuk menahan laju perubahan iklim. Kami juga memiliki potensi yang besar terhadap Carbon Pricing (harga karbon). Saya rasa dalam 5 tahun terakhir, usaha kami meningkatkan carbon pricing adalah yang terbaik,” tuturnya.
Dari total kredit karbon dunia, Indonesia memiliki 75 sampai 80 persen. Angka tersebut berasal dari hutan hujan, bakau, lahan gambut, serta tembakau karang.

Secara tegas Luhut juga mengatakan bahwa Indonesia merupakan bagian dari komitmen pada Paris Agreement dan Net Zero Emission, pemerintah saat ini ingin lebih fokus pada regulasi terkait perubahan iklim dan pengurangan emisi.

Mantan Staf Kepresidenan tersebut juga memaparkan soal perkembangan pesat Indonesia pada 7 tahun terakhir, khususnya di sektor hilirisasi. Sebagai contohnya, Green Industrial di Kalimantan Utara yang juga merupakan kawasan industri hijau paling besar di Indonesia.

“Industri hilir migas di Indonesia saat ini telah fokus pada produksi stainless steel dengan target selanjutnya merupakan komponen baterai,” ujarnya.

Luhut juga menyampaikan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang menghasilkan produk turunan dari industri nikel dan akan terus melakukan pengembangan sektor tersebut dengan melakukan kerjasama dengan negara lain.

“Kami tidak bergantung pada satu negara saja. Sebagai contoh, kami sudah melakukan pembahasan kerja sama dengan Inggris untuk produksi komponen katoda pada baterai,” kata mantan Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Politik, dan Keamanan tersebut.