freightsight
Selasa, 23 April 2024

PENGIRIMAN LAUT

Lockdown di China Berdampak Buruk pada Jalur Pengiriman

28 Maret 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

China

Pelabuhan China via splash247.com

Permasalahan ternyata masih belum usai antara COVID dan shipping dan China mengalami wabah terparah sejak pandemi COVID-19 dimulai.

Kasus terburuk mungkin masih akan terjadi. Maersk melaporkan seluruh pelabuhan di China termasuk di Shenzhen beroperasi secara normal serta tetap berbisnis seperti biasa.

Permasalahan ternyata masih belum usai juga antara COVID dan shipping. China adalah negara yang mengalami wabah terparah sejak pandemi ini dimulai. Lockdown di Shenzhen yang populasinya 17,5 juta pada hari Minggu membuat pabrik-pabrik ditutup. Bukan hanya itu, kasus melonjak di Shanghai membuat pembatasan baru diberlakukan.

Shanghai adalah pelabuhan terbesar di dunia dan Shenzhen terbesar nomor tiga. Saat wabah melanda terminal Yantian di Shenzhen pada Juni sebanyak dua kali lebih banyak kapal tertunda seperti dalam kecelakaan Ever Given di Terusan Suez.

George Griffiths selaku editor pelaksana angkutan peti kemas global di S&P Global Commodity Insights mengatakan bahwa bagaimana wabah baru bisa mempengaruhi pengiriman peti kemas trans-Pasifik tergantung terhadap Pelabuhan dan pabrik tutup berapa lama.
Skenario terburuk juga digambarkan oleh Container xChange sebagai gelombang kejutan besar bagi rantai pasokan sudah lumpuh. Bjorn Vang Jensen selaku wakil presiden Sea-Intelligence memperingatkan bahwa jika Yantian ditutup tentu efek whiplash jika dibuka mungkin akan menyia-nyiakan semua kemajuan yang dibuat di AS.

Positif dan Negatif

Kasus terburuk mungkin masih akan terjadi. Maersk melaporkan seluruh pelabuhan di China termasuk di Shenzhen beroperasi secara normal serta tetap berbisnis seperti biasa. Gudang di Shenzhen juga tutup hingga Minggu. Gudang di Shanghai dan Qingdao tetap buka, tetapi pengemudi truk perlu tes negatif COVID supaya bisa mengangkut kargo.

Griffiths mengatakan kepada American Shipper bahwa kalau tidak ada pelabuhan ditutup, tetapi volume keluar dari pabrik berkurang (akibat lockdown) sebenarnya cukup bagus untuk pelabuhan. Ini memungkinkan lebih banyak backlog di terminal ekspor China untuk bisa dimuat ke kapal dan membantu menormalkan aliran rantai pasokan tanpa harus memaksa operator membatalkan pelayaran.

Kalau pelabuhan China tutup, tentu kapal membatalkan semua pelayaran dan hal tersebut berdampak positif untuk jangka pendek terhadap pelabuhan AS.

“Setiap penangguhan impor ditawarkan pada Pelabuhan AS berdampak positif, mengingat jumlah peti kemas sekarang berada di dermaga serta jumlah masalah di pedalaman. Hal ini tentu memungkinkan terjadinya pelonggaran masalah tersebut,” ungkap Griffiths.

Data dari project44 menunjukkan rata-rata waktu tunggu peti kemas di Yantian melonjak lebih dari 20 hari setelah penutupan tahun lalu yang jauh di atas waktu tunggu terlihat selama periode liburan Tahun Baru Imlek dan Minggu Emas.

Semakin banyak kontainer terjebak di China semakin sedikit tekanan kemacetan di California: Saat Yantian ditutup tahun lalu dan antrian kapal di pelabuhan Los Angeles dan Long Beach menyusut satu digit. “Namun, permintaannya masih ada,” ungkap Griffiths.

“Karena tidak bisa bergerak bukan berarti hilang. Namun, permintaan tersebut perlu dikompensasikan di lain hari.”

Jika Yantian dibuka kembali maka antrean kapal menunggu di lepas pantai California Selatan melonjak sepanjang paruh kedua tahun 2021 dan tarif meroket ke ketinggian baru.

“Yantian adalah pemain besar tahun lalu saat kami melihat harga melonjak tinggi, hal tersebut diakibatkan pelepasan semua tekanan terpendam telah menumpuk di pasar,” ungkap Griffiths.

Beliau juga mengatakan jika melihat pelabuhan China ditutup sekarang, tentu bisa melihat apa yang terjadi pada tahun 2021 mulai diberlakukan lagi.