IMPOR
26 Juli 2022
|
Penulis :
Tim FreightSight
Kementan tengah berupaya menggenjot produksi kedelai lokal. Salah satunya dengan penyediaan lahan tanam seluas 650.000 hektare (ha).
Kementerian Pertanian (Kementan) tengah berupaya menggenjot produksi kedelai lokal. Salah satunya dengan penyediaan lahan tanam seluas 650.000 hektare (ha). Melalui langkah ini, pemerintah berharap dapat mengurangi ketergantungan impor kedelai yang masih sangat besar.
Direktur Aneka Kacang dan Umbi Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Yuris Tiyanto mengatakan, pihaknya tengah menyediakan lahan untuk ditanami kedelai.
"Program itu telah berjalan dan ditargetkan rampung pada Desember 2022," kata Yuris saat dihubungi media pada Minggu (24/7).
Tahun ini, Kementan mengupayakan penyediaan 650.000 ha lahan agar target produksi kedelai 1 juta ton dapat tercapai. Meski sebenarnya realisasi produksi kedelai tahun lalu masih berkisar di angka 215.000 ton/tahun.
Yuris menambahkan, program penyediaan lahan tersebut akan dilanjutkan dengan membentuk Soybean Village yang memproduksi kedelai melalui pola korporasi dari hulu sampai hilir.
Realisasinya ditargetkan dimulai tahun depan di 26 provinsi sebagai upaya meningkatkan kuantitas maupun kualitas kedelai lokal, sehingga bisa menekan ketergantungan impor.
Sebab, lanjut Yuris, dari total kebutuhan kedelai 2,9 juta ton per tahun, sekitar 86% masih mengandalkan impor, dan telah berjalan selama 25 tahun.
"Perkedelaian kita tambah parah setelah adanya kebijakan kedelai masuk non lartas dan bea masuk impor kedelai 0%. Tren impor kita tambah tinggi," jelasnya.
Menurut Yuris, produksi kedelai dalam negeri mengalami berbagai kendala karena persepsi yang salah dan disebarluaskan ke masyarakat. Yakni, tanam kedelai tidak menguntungkan, kedelai tanaman sub tropis, perawatan tanam kedelai susah serta kebijakan perkedelaian (bea tarif impor) tidak berpihak kepada petani.
Sehingga, ini membuat produksi kedelai kalah bersaing dengan jenis tanaman lainnya seperti jagung.
Oleh karena itu, ia menyarankan adanya payung hukum setingkat Peraturan Presiden (Perpres) untuk meningkatkan produksi kedelai menuju swasembada kedelai.
"Supaya orkestra seluruh pihak dalam meningkatan produksi kedelai memiliki irama yang enak dan punya daya ungkit yg tinggi dalam peningkatan produksi kedelai sehingga bisa menghemat devisa," terang Yuris.
Terlepas dari itu, Yuris menilai, produksi kedelai lokal dianggap sudah mulai bisa bersaing dengan kedelai impor.
Misalnya dari perbandingan harga, dulu harga kedelai dalam negeri hanya Rp 6.000 per kg atau lebih tinggi dari kedelai impor.
Namun sekarang kedelai dalam negeri lebih bagus dan sudah sampai Rp 10.000 per kg. Sementara kedelai impor dipatok seharga Rp 11.200 per kg.
Selain itu, dampak perang Rusia-Ukraina dan adanya beberapa negara menutup kran ekspor dianggap turut mendorong prospek tanam kedelai dalam negeri.
Hal ini lantaran didukung pula adanya penggunaan teknologi produksi kedelai yakni Mikroba Google (Migo) yang telah membantu produksi mencapai 4 ton per hektare (ha).
Adapun demi menjaga rencana tersebut Kementan pun berupaya untuk menggaet petani agar mulai menanam kedelai lewat kemudahan yang diberikan.
Yuris mengatakan, Kementan telah memberikan stimulus petani kedelai dengan menyalurkan bantuan pemerintah berupa Saprodi dan pemberian modal usaha melalui kredit usaha rakyat (KUR) dengan bunga murah. Serta menyiapkan off taker atau penjamin serapan yang akan memberi kepastian hasil panen petani.
Bagikan artikel ini:
ARTIKEL TERKAIT
TERPOPULER
18 Maret 2024
1 Maret 2024
2 Februari 2024
17 Januari 2024
3 Januari 2024
19 Desember 2023
6 Desember 2023
5 Desember 2023
4 Desember 2023
Selalu update dengan berita terbaru!
LAPORAN INDUSTRI
18 Maret 2024
1 Maret 2024
2 Februari 2024
Copyright 2021 © Freightsight. Kebijakan privasi