INFO INDUSTRI
3 Desember 2021
|
Penulis :
Tim FreightSight
• Saat ini krisis kontainer sedang terjadi di hampir seluruh dunia, bahkan akan semakin parah karena China yang merupakan negara eksportir utama di dunia kini justru memberlakukan aturan baru terkait karantina Covid-19
• Diketahui bahwa sebelumnya juga pernah terjadi krisis kontainer pada tahun 1998, pada saat ini dibutuhkan sekitar 10 bulan lamanya agar kondisi bisa pulih.
Saat ini krisis kontainer sedang terjadi di hampir seluruh dunia, bahkan akan semakin parah karena China yang merupakan negara eksportir utama di dunia kini justru memberlakukan aturan baru terkait karantina covid-19. Aturan baru ini dinilai sangat ketat oleh para pelaut.
Berdasarkan laporan yang diterbitkan oleh Bloomberg, China baru-baru ini membuat aturan baru bahwa, setiap pelaut China yang akan kembali diwajibkan untuk melakukan karantina selama 7 minggu lamanya. Sedangkan untuk para pelaut asing, mereka dilarang untuk melakukan pergantian awak.
"Pembatasan China menyebabkan efek langsung," kata Sekretaris Jenderal Kamar Perkapalan Internasional, Guy Platten, yang mewakili pemilik kapal dan operator.
"Setiap pembatasan operasi kapal memiliki dampak akumulatif pada rantai pasokan dan menyebabkan gangguan nyata.
Perlu diketahui bahwa krisis ini bukan hanya mempengaruhi para pengusaha ekspedisi saja, akan tetapi juga memberikan dampak untuk banyak sektor lainnya. Hal ini menyebabkan adanya keterlambatan dan juga penambahan biaya yang kebanyakan adalah dibebankan pada konsumen.
Berdasarkan berita yang diterbitkan oleh Bloomberg pada Selasa 2/11/21, saat ini di pelabuhan Singapura telah terjadi penumpukan kontainer sebanyak 22 persen dari angka normal. Diketahui ada sebanyak lebih dari 50 kapal kontainer yang tertahan di sana, catatan ini terbukti naik dari sebelumnya hanya 45 kapal kontainer saat bulan Juli. Bukan hanya Singapura, beberapa negara tetangga mereka, seperti Malaysia juga mengalami hal yang sama di awal November ini.
Dari laporan yang ada, Port Klang Malaysia diketahui memiliki kemacetan sebesar 14,5 persen jika di bandingkan dengan angka normal. Selain itu Tanjung Pelepas juga memiliki kepadatan sebesar 29,9 persen dari angka normal.
Tidak hanya di Asia saja, namun kelangkaan kontainer juga terjadi di Amerika, serta Eropa.
Kini banyak pihak yang bertanya-tanya kira-kira kapan krisis akan selesai?
Menurut riset dari konsultasi Eropa Copenhagen berdasarkan analisa kapan krisis kontainer ini akan selesai. Diketahui bahwa sebelumnya juga pernah terjadi krisis kontainer pada tahun 1998, pada saat ini dibutuhkan sekitar 10 bulan lamanya agar kondisi bisa pulih.
Kemudian pada saat krisis kontainer di tahun 2008, 2012, 2014, dan 2016, juga memakan waktu selama 10 bulan untuk mengembalikan keadaan. Akan tetapi, untuk kali ini sepertinya keadaan bisa berbeda, karena krisis terjadi akibat pandemi kesehatan. Karena itu, semua masih sulit diprediksi.
"Sedang dilihat seberapa lama situasi imbalance pergerakan barang di dunia ini, dari atau kekacauan sebelumnya paling lama itu 17 bulan. Sementara untuk situasi sekarang mungkin memakan waktu 24-26 bulan untuk perbaikan tarif. Khususnya untuk target market Eropa dan Amerika," katanya.
Bagikan artikel ini:
ARTIKEL TERKAIT
TERPOPULER
18 Maret 2024
1 Maret 2024
2 Februari 2024
17 Januari 2024
3 Januari 2024
19 Desember 2023
6 Desember 2023
5 Desember 2023
4 Desember 2023
Selalu update dengan berita terbaru!
LAPORAN INDUSTRI
18 Maret 2024
1 Maret 2024
2 Februari 2024
Copyright 2021 © Freightsight. Kebijakan privasi