freightsight
Kamis, 21 November 2024

DOMESTIK

Kemenperin Sebut PMI Manufaktur RI Melambat

6 Juni 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

PMI Manufaktur

Pabrik Manufaktur via gridoto.com

Febri menjelaskan, perlambatan PMI Manufaktur Indonesia pada Mei utamanya disebabkan karena terkendala pasokan.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan aktivitas sektor industri Tanah Air masih menunjukkan level ekspansif. Hal ini ditandai dari data S&P Global yang menunjukkan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia berada di level 50,8 pada Mei. Meski mengalami perlambatan dibanding bulan sebelumnya, sentimen bisnis terkait perkiraan 12 bulan output bertahan positif.

“Tahap ekspansi ini menggambarkan selama sembilan bulan berturut-turut kondisi bisnis membaik pada seluruh sektor manufaktur Indonesia,” kata Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Ari, dalam keterangan resminya pada Minggu (5/6/2022).

Febri menjelaskan, perlambatan PMI Manufaktur Indonesia pada Mei utamanya disebabkan karena terkendala pasokan.

“Adanya libur panjang Lebaran di Minggu awal Mei 2022 misalnya, menadi salah satu faktor gangguan terhadap rantai pasokan sektor industri,” ungkapnya.

Selain itu, faktor pelarangan ekspor CPO dan minyak goreng curah di dalam negeri juga mempengaruhi kondisi sektor manufaktur.

S&P Global juga melaporkan, aktivitas pabrik di Asia melambat akibat pembatasan ketat Covid-19 di Tiongkok sehingga menghambat rantai pasokan dan permintaan.

Bahkan, ditambah dengan adanya dampak perang Rusia-Ukraina yang meningkatkan kekhawatiran terhadap pasar.

“Kami melihat, aktivitas sektor industri di sejumlah negara Asia seperti Taiwan, Malaysia, Filipina, dan Australia juga mengalami penurunan permintaan pada bulan lalu.

Kondisi ini menjadi tantangan bagi pemerintah untuk segera memacu kembali laju produktivitas sektor industrinya,” jelas Febri.

Ia menegaskan, Pemerintah Indonesia tetap fokus mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional, khususnya dalam pengembangan sektor industri.

“Industri manufaktur menjadi indikator terkuat dalam menilai ketahanan ekonomi suatu negara. Apalagi, industri manufaktur di Indonesia selama ini telah menjadi tulang punggung bagi perekonomian nasional,” terangnya.

Pada kuartal I-2022, industri pengolahan nonmigas mampu mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,47 persen atau lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,01 persen.

Kinerja sektor manufaktur tersebut juga naik signifikan dibanding pada periode yang sama tahun lalu yang mengalami kontraksi 0,71 persen.

“Capaian tersebut mengindikasikan bahwa kebijakan pemerintah berjalan baik dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif. Kami akan kawal terus sehingga momentum tren pertumbuhan positif ini dapat terjaga sepanjang tahun,” papar Febri.