freightsight
Jumat, 22 November 2024

INFO INDUSTRI

Kemenperin Sebut Hilirisasi dan Rantai Pasok Dukung Pertumbuhan Industri Nonmigas

9 Februari 2023

|

Penulis :

Tim FreightSight

via kemenperin

Selain hilirisasi, terdapat dua faktor lainnya yang turut mendukung pertumbuhan industri nonmigas.

Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut, terdapat tiga hal yang mendukung pertumbuhan sektor industri nonmigas selama 2022. Yaitu, peningkatan hilirisasi industri, pertumbuhan industri otomotif yang mencapai dua digit, serta produk hasil manufaktur Indonesia yang telah masuk dalam bagian rantai pasok global (global value chain/gvc).

Pada tahun 2022, sektor industri nonmigas menunjukkan kinerja sangat baik dengan mencatatkan angka pertumbuhan 5,01% (cumulative-to-cumulative/coc), sekaligus menjadi sumber pertumbuhan tertinggi ekonomi Indonesia sebesar 1,01%.

Secara khusus, keberhasilan dari hilirisasi ditunjukkan dengan pertumbuhan industri logam dasar yang mencapai 14,8%, begitu pula dengan industri otomotif sebesar 10,67%.

“Kedua produk tersebut juga telah masuk dalam mata rantai global, sehingga dapat dikatakan program hilirisasi yang kita galakkan telah mencapai sasaran. Kami berharap pertumbuhan double digit ini bisa terus berlanjut di tahun 2023,” katanya pada Selasa (7/2/2023).

Di samping tiga hal tadi, konsumsi domestik juga turut berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut BPS, stabilitas daya beli masyarakat terus terjaga, terlihat dari penjualan mobil penumpang yang meningkat sebesar 18,76% (coc), naiknya penjualan sepeda motor sebesar 3,24% (coc), serta tumbuhnya penerimaan PPh pasal 21, yang mencapai 18,36% (coc).

“Meningkatnya permintaan dari dalam negeri berpengaruh pada aktivitas produksi, sehingga semakin ekspansif,” jelas Menperin.

Hal ini nampak juga pada indikator-indikator seperti Indeks Kepercayaan Industri (IKI), Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia, serta Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia. Kemenperin merilis hasil IKI Januari 2023 yang berada di level 51,54 poin atau naik dibandingkan IKI Desember 2022 yang menyentuh level 50,9 poin.

Sementara itu, S&P Global melaporkan, bahwa PMI manufaktur Indonesia pada Januari 2023 sebesar 51,3 poin atau naik dibandingkan Desember 2022 di angka 50,9 poin. BI juga merilis Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia yang mencapai 50,06% pada kuarta IV/2022.

Agus menyebut, seluruh indeks tersebut menunjukkan kondisi sektor industri tetap ekspansif. Karenanya, di 2023, Kemenperin juga akan terus mendorong pelaksanaan Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).

“Dapat dilihat bahwa komitmen Bapak Presiden untuk program ini sangat besar. Terdapat ratusan triliun dari APBN yang dialokasikan untuk pembelian produk-produk industri dalam negeri. Hal ini juga terbukti pada industri elektronika yang mengalami peningkatan,” ujar Agus.
Menurut BPS, industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik tumbuh sebesar 7,62%, didukung oleh tingginya permintaan pada akhir 2022.

Seiring dengan itu, nilai ekspor industri pengolahan nonmigas pada tahun 2022 mencapai US$206,35 miliar, atau naik 16,45% dari capaian sebesar US$177,2 miliar di 2022. Nilai ini ditargetkan dapat meningkat hingga US$225-245 miliar pada 2023.

“Kinerja ekspor RI di 2022 juga sangat luar biasa bila dibandingkan tahun sebelumnya. Selain karena hilirisasi, peningkatan ini juga dipacu oleh pengalihan-pengalihan produksi dari beberapa negara, yang tadinya mengandalkan suplai dari Rusia atau Ukraina, kemudian juga mendapatkan pasokan dari Indonesia,” paparnya.

Namun demikian, Menperin mengingatkan, perlunya waspada terhadap kondisi perekonomian global karena konflik yang terjadi masih terus berlangsung. Situasi ini akan mengakibatkan disrupsi tersendiri terhadap supply chain.

“Kami di Kemenperin berupaya memberikan kemudahan kepada para pelaku industri melalui berbagai insentif, untuk mengurangi dampak yang dirasakan akibat gejolak ekonomi global,” pungkasnya.