freightsight
Senin, 25 November 2024

INFO INDUSTRI

Kemendag Optimis Aktivitas Ekspor dan Impor Stabil karena LCS

1 Maret 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Ekspor dan impor logistik

Containers via Unsplash

• BP3 Kemendag Kasan Muhri mengatakan ekspor-impor dalam negeri stabil di tengah potensi penguatan nilai tukar dollar Amerika Serikat sepanjang 2022.

• Pemanfaatan LCS untuk transaksi bilateral mengalami peningkatan cukup pesat sepanjang 2021.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kemendag Kasan Muhri mengatakan bahwa memang aktivitas ekspor dan impor dalam negeri stabil di tengah potensi penguatan nilai tukar dollar Amerika Serikat sepanjang 2022.

Kasan juga menerangkan bahwa implementasi perjanjian transaksi lewat mata uang lokal atau lokal currency settlement (LCS) Indonesia bersama China, Jepang, Malaysia dan Thailand turut menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat pada tahun ini. Beliau pun juga mengatakan bahwa memang volume dan nilai transaksi LCS sepanjang 2021 mengalami peningkatan sangat signifikan sejak digulirkannya pada 2018.

“LCS antara Bank Indonesia (BI) dengan Bank Central RRT untuk transaksi bilateral sudah termasuk pada bagian ekspor dan impor yang menunjukkan keyakinan bahwa stabilitas nilai tukar rupiah ke depan dan ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat tidak perlu lagi ditakutkan,” ungkapnya pada Rabu (16/2/2022).

Bukan hanya itu saja, Kasan juga mengatakan bahwa posisi cadangan devisa di atas 137 dolar AS akan menambah keyakinan bagi para eksportir untuk dapat menghadapi dampak dari penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat menyusul kebijakan tapering off dari Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed akhir tahun sebelumnya.

“Saya mengira kinerja ekspor dan impor ini memang cukup resilience menghadapi risiko dari dampak kebijakan The Fed tersebut,” ungkapnya.

Namun, sebelumnya Apindo Hariyadi B. Sukamdi selaku Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia mengatakan bahwa pemanfaatan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS) untuk transaksi bilateral telah mengalami peningkatan yang cukup pesat sepanjang 2021 kemarin. Menurutnya, peningkatan tersebut disebabkan karena volume dan nilai transaksi dagang Indonesia bersama China terbilang besar pada tahun lalu.

“Bersama China ini naik luar biasa karena memang smelter sudah merupakan jalan produk nilai tambahnya sudah besar di sana. Sehingga memang defisit tahun lalu hanya sekitar 2,4 miliar dolar AS dari sebelumnya yang mencapai 30-an miliar dolar AS,” ungkap Hariyadi dalam diskusi Finance Track Side Events G20 pada Rabu (16/2/2022).

Ada juga pemanfaatan LCS ini menunjukkan perkembangan yang memang cukup signifikan sejalan bersama perluasan dan penguatan kerja sama transaksi mata uang lokal pada setiap tahunnya. Total dari transaksi LCS itu mencapai setara 2,53 miliar dolar AS pada 2021. Torehan tersebut rupanya telah mengalami peningkatan dari posisi setara 797 dolar AS pada 2020.

Perkembangan transaksi LCS itu tentunya didorong kondisi signifikan transaksi antara Indonesia-Jepang dengan nilai setara 95 juta dolar AS dan Indonesia-China yang mencapai 128 juta dolar AS pada tahun sebelumnya.