freightsight
Kamis, 21 November 2024

INFO INDUSTRI

Jokowi Ingin Lakukan Stop Ekspor Raw Material

9 Januari 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Jokowi stop ekspor bahan mentah

via Instagram.com/jokowi

• Selama Indonesia selalu melakukan ekspor bahan mentah, namun kini lagi-lagi Presiden Joko Widodo secara tegas kembali mengatakan komitmennya untuk mulai berhenti melakukan ekspor tersebut.

• Jokowi menilai bahwa kegiatan ekspor bahan mentah yang selama ini telah dilakukan oleh Indonesia selama puluhan tahun, ternyata juga tidak memberikan nilai tambah untuk negara. Karena itu, komitmen ekspor bahan metah harus dilakukan.

Selama Indonesia selalu melakukan ekspor bahan mentah, namun kini lagi-lagi Presiden Joko Widodo secara tegas kembali mengatakan komitmennya untuk mulai berhenti melakukan ekspor tersebut.

Sekali lagi penegasan tersebut dinyatakan oleh Presiden RI, ketika dirinya menghadiri acara peresmian Pabrik Smelter Nikel PT GNI, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

"Tahun depan, saya sudah berikan pemanasan terlebih dahulu. Setop bahan mentah, bauksit tahun depan. Kita setop lagi untuk minerba lainnya," tegas Jokowi, Senin (27/12/2021).

Jokowi kembali menyinggung tentang komitmennya yang ingin meningkatkan hilirisasi industri dalam negeri. Ia menyampaikan bahwa pemerintah tidak mau lagi melakukan ekspor bahan mentah ke pasar global.

"Tidak ada pilihan. Yang ingin mengambil, membeli bahan mentah, kita sudah tidak bisa lagi," katanya.

Jokowi menilai bahwa kegiatan ekspor bahan mentah yang selama ini telah dilakukan oleh Indonesia selama puluhan tahun, ternyata juga tidak memberikan nilai tambah untuk negara. Karena itu, komitmen ekspor bahan metah harus dilakukan.

"Kita sudah tidak bisa lagi. Artinya mau tidak mau mendirikan industri di tanah air sehingga kita tidak ekspor lagi bahan mentah yang berpuluh-puluh tahun kita lakukan tanpa memberikan nilai tambah yang besar kepada negara," kata Jokowi.

Dalam kesempatan yang sama. Jokowi juga sempat menyinggung tentang Pabrik Smelter miliki PT GNI. Ia menilai pabrik tersebut nantinya akan mampu mengolah nikel menjadi produk yang memiliki nilai tambah.

"Kapasitas produksi 1.800 ton per tahun. Bayangkan kita hanya ekspor dalam bentuk bahan mentah. Oleh karena itu saya sangat menghargai," jelasnya.