PENGIRIMAN LAUT
7 Juli 2022
|
Penulis :
Tim FreightSight
Program Tol Laut hingga kini ternyata masih juga menyisakan kendala muatan balik yang rendah dibandingkan dengan muatan berangkat pada semua trayek.
Kenaikan persentase muatan balik ke depannya ini harus menjadi perhatian pemerintah, khususnya untuk lima trayek ke daerah terpencil.
Program Tol Laut hingga kini ternyata masih juga menyisakan kendala muatan balik yang rendah dibandingkan dengan muatan berangkat pada semua trayek.
Pengoperasian tol laut hingga Juni 2022 ini masih terkendala disparitas antara muatan berangkat dan muatan balik.
Terdapat rasio sekitar 36 persen antara muatan balik yang sebesar 3.304 TEUs dari muatan berangkat 9.014 TEUs, pada 28 trayek tol laut yang kini menggunakan kapal pelayaran.
Disparitas antara muatan balik serta berangkat bahkan lebih lebar apabila jika dilihat pada lima trayek tol laut (T-22 sampai dengan T-26) dititipkan dengan menggunakan kapal penyeberangan milik ASDP yang tujuan daerah terjauh seperti Biak, Timika, juga Merauke.
Saut Gurning selaku Pakar maritim dari Institut Sepuluh November (ITS) juga mengatakan bahwa kenaikan persentase muatan balik ke depannya ini harus menjadi perhatian pemerintah, khususnya untuk lima trayek ke daerah terpencil.
"Data pengangkutan muatan yang dititipkan untuk trayek-trayek ini menunjukkan kondisi sulitnya kargo balik, atau adanya kargo yang dapat dikirimkan dari berbagai wilayah khusus tersebut," ungkap Saut, Selasa (5/7/2022).
Untuk bisa meningkatkan muatan balik ke depannya, penggerak daerah seperti Kadin dan Hipmi juga UMKM/IMKM daerah tentu perlu lebih dilibatkan.
Keterlibatan BUMD yang kini bergerak dalam berbagai usaha seperti jasa inventori, angkutan darat, juga perdagangan ini pun harus lebih diperkuat lagi.
Namun, jika muatan balik meningkat, lanjut Saut, tentu saja level load-factor kontainer yang terkirim di berbagai armada tol ini pun akan ikut lebih baik.
Setelah itu, pemerintah dan operator tol laut juga tentu baru bisa meningkatkan realisasi jumlah voyage (perjalanan) yang sekarang ini disebut masih sekitar 50 persen.
Capt. Mugen Sartoto selaku Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan juga mengatakan bahwa faktor daerah tujuan voyage ini menjadi alasan di balik besarnya disparitas antara muatan balik serta berangkat khususnya pada trayek T-22 sampai T-26.
Pada trayek T-22, T-23, T-24, T-25, dan T-26, semuanya ini melayani tujuan ke Papua dengan menggunakan kapal penyeberangan milik ASDP karena memang hal tersebut muatan yang dibawa masuk jauh ke pedalaman menggunakan jalur sungai.
"Sehingga dapat dipahami alasan tidak ada muatan balik ya karena memang tidak ada komoditas yang dibawa dari pedalaman itu," ungkap Mugen, Selasa (5/7/2022).
Untuk ke depannya, Kementerian Perhubungan akan ikut mendorong koordinasi dengan kementerian/lembaga terkait guna mengoptimalkan muatan balik tol laut.
Bagikan artikel ini:
ARTIKEL TERKAIT
TERPOPULER
18 Maret 2024
1 Maret 2024
2 Februari 2024
17 Januari 2024
3 Januari 2024
19 Desember 2023
6 Desember 2023
5 Desember 2023
4 Desember 2023
Selalu update dengan berita terbaru!
LAPORAN INDUSTRI
18 Maret 2024
1 Maret 2024
2 Februari 2024
Copyright 2021 © Freightsight. Kebijakan privasi