freightsight
Sabtu, 20 April 2024

EKSPOR

Industri Otomotif RI Punya Peran Strategis dalam Rantai Pasok Global

1 Februari 2023

|

Penulis :

Tim FreightSight

Pabrik mobil

via detik.com

Industri otomotif merupakan salah satu sektor manufaktur yang strategis karena berperan penting dalam upaya menopang perekonomian nasional.

Sektor industri otomotif di tanah air pada tahun 2022 menunjukkan kinerja yang cukup gemilang, meskipun terdapat tekanan inflasi di berbagai negara dan dampak perang Rusia-Ukraina. Industri otomotif merupakan salah satu sektor manufaktur yang strategis karena berperan penting dalam upaya menopang perekonomian nasional.

Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif, mengemukakan, kontribusi industri otomotif terhadap pertumbuhan industri dan perekonomian terlihat dari peningkatan nilai tambah, penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak, dan peningkatan daya saing secara kontinu sebagai bagian dari keikutsertaan dalam rantai pasok dunia.

“Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian menjalankan program pengembangan industri otomotif nasional secara konsisten agar industri otomotif di Indonesia mampu menjadi pusat produksi untuk pasar ekspor,” ujar Febri pada (30/1/2023).

Jubir Kemenperin mengemukakan, sektor industri otomotif di tanah air pada tahun 2022 menunjukkan kinerja yang cukup gemilang, meskipun terdapat tekanan inflasi di berbagai negara dan dampak perang Rusia-Ukraina.

“Manufaktur kendaraan roda empat nasional berhasil menjadi pahlawan devisa dengan kemampuan ekspor secara CBU sebesar 473 ribu unit mobil, meningkat 60,7 persen dibanding tahun 2021 yang berjumlah 294 ribu,” tulisnya.

Dia menambahkan, dari sisi nilai, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2022, ekspor CBU tersebut mencapai USD5,7 miliar atau meningkat 63,5 persen dibanding tahun 2021 yang mencapai US$ 3,5 miliar.

“Apabila nilai ekspor dan impor kendaraan CBU dibandingkan secara nilai menghasilkan surplus devisa sebesar USD3,4 miliar, meningkat 64 persen dibandingkan tahun 2021 yang berjumlah US$ 2 miliar,” paparnya.

Berdasarkan data tersebut, imbuh Febri, dapat diartikan bahwa pembinaan sektor otomotif dalam hal kinerja ekspor dalam bentuk CBU sudah berjalan di arah yang tepat.

“Ekspor otomotif Indonesia telah mencapai lebih dari 80 negara,” ucapnya.

Namun demikian, kata dia, masih banyak tantangan yang dihadapi oleh industri otomotif. Beberapa tantangan di antaranya terkait ketersediaan bahan baku, kekurangan semikonduktor, kendala logistik dan transportasi, serta biaya energi yang tinggi.

Menurut Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan R. Hendro Martono, untuk mengatasi tantangan tersebut, Kemenperin mendorong perusahaan untuk mengembangkan sayap untuk menjangkau pasar-pasar baru, memperkuat inovasi, serta anggaran meningkatkan penelitian & pengembangan (R&D).

Hal-hal tersebut akan menjadi basis bagi Kemenperin dalam memperjuangkan insentif untuk industri otomotif.

“Inovasi serta ketersediaan bahan baku merupakan kunci bagi masa depan industri otomotif,” ujarnya.

Di samping itu, Kemenperin dan para pemangku kepentingan terus berupaya memastikan bahwa proses produksi industri otomotif dapat berjalan dengan baik, termasuk dalam hal ketersediaan bahan baku.

“Bapak Menteri Perindustrian juga meminta komitmen para pelaku industri otomotif untuk meningkatkan kandungan produk lokal, baik suku cadang maupun komponen, dalam proses manufaktur,” ungkapnya.

Dia juga mendesak perlunya mengintegrasikan industri kecil dan menengah (IKM) dalam pasokan dan produksi bagi industri yang lebih besar.
“Kemenperin berkomitmen untuk terus pertumbuhan dan pengintegrasian IKM ke dalam produksi global dan rantai pasokan industri otomotif,” paparnya.