freightsight
Kamis, 28 Maret 2024

INFO INDUSTRI

Indonesia Perlu Antisipasi Gangguan Rantai Pasok Bahan Baku

19 April 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Logistik Indonesia

Jalur Logistik via creatormedia.my.id

Perang Rusia dan Ukraina dikhawatirkan mengganggu rantai pasok bahan baku ke Indonesia.

Direktur Eksekutif CSIS Indonesia Yose Rizal Damuri menyebutkan Indonesia harus melakukan langkah antisipasi terhadap dampak yang akan ditimbulkan dari perang antar Rusia dan Ukraina yang diprediksi akan mempengaruhi rantai pasok bahan baku ke dalam negeri.

Dia menambahkan bahwa eskalasi geopolitik Rusia dan Ukraina menjadi ancaman bagi pemulihan ekonomi Indonesia yang masih terbilang rapuh karena terpukul pandemi Covid-19.

Yose mengatakan, memang tidak ada dampak langsung yang signifikan dari konflik Rusia dan Ukraina, sebab kedua negara tersebut bukan mitra dagang utama Indonesia.

Namun, Indonesia tetap perlu mempersiapkan langkah antisipasi karena konflik tersebut akan mempengaruhi rantai pasok bahan baku ke dalam negeri.

Sementara itu, Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) memperkirakan dampak dari konflik geopolitik akan menyebabkan penurunan ekonomi sebesar 1 persen.

Yose menuturkan, ini adalah angka yang besar karena pertumbuhan ekonomi dunia belum pulih sepenuhnya. Begitu pun dampak yang tidak sedikit mulai terlihat pada inflasi.

"Padahal saat ini inflasi sudah tinggi akibat disrupsi rantai pasok bahan baku selama pandemi. Invasi Rusia kemungkinan akan memperburuk tingkat inflasi terutama bagi negara importir energi seperti Indonesia," katanya dalam sebuah keterangan.

Dalam menghadapi kondisi ini, menurut Yose pemerintah perlu segera melakukan langkah antisipasi.

Pertama, tetap mempertahankan ekonomi terbuka dan tidak protektif.

"Perekonomian terbuka bisa sangat menolong untuk keluar dari krisis ekonomi ini, atau setidaknya dapat mencegah krisis kian membesar," jelas Yose.

Kedua, aktif mencari berbagai sumber pasokan alternatif karena Indonesia tidak bisa mendapat barang dari Rusia maupun Ukraina.

Ketiga, Berhati-hati mempersiapkan kebijakan fiskal dan moneter untuk mencegah lonjakan inflasi.

Keempat, mempersiapkan jaring pengaman sosial yang lebih efektif dengan memanfaatkan windfall benefit dari kenaikan harga komoditas internasional.

Terakhir, menjadikan momentum ini untuk transisi energi dan menciptakan skema pangan yang lebih baik.

"Transisi energi dapat meningkatkan kemandirian dan kestabilan pengadaan energi Indonesia sehingga meningkatkan resiliensi perekonomian RI terhadap masalah ketahanan energi," pungkasnya.