freightsight
Sabtu, 23 November 2024

INFO INDUSTRI

Indonesia Impor LNG dari AS, Kata Pengamat: Ada Kontrak yang Harus Dipenuhi

5 Maret 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Impor LNG

Kapal LNG via ob-pelaut.blogspot.com

• Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor migas sepanjang 2021 mencapai US$196,20 miliar atau setara dengan US$2.805 triliun (kurs Rp 14.300 per dolar AS).

• Impor migas ini menorehkan kenaikan sebesar 38,59 persen dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar US$141,57 miliar atau setara Rp2.024 triliun.

US Energy Information Administration (EIA) merilis laporan ekspor gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) dari Amerika Serikat pada periode 2019-2021. AS mengekspor produk LNG negaranya ke banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan laporan tersebut, Indonesia tercatat mulai melakukan impor LNG dari AS sejak September 2021.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor migas sepanjang 2021 mencapai US$196,20 miliar atau setara dengan US$2.805 triliun (kurs Rp 14.300 per dolar AS). Impor migas ini menorehkan kenaikan sebesar 38,59 persen dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar US$141,57 miliar atau setara Rp2.024 triliun. Kenaikan harga migas tahun ini diprediksi akan memperbesar biaya impor komoditas energi tersebut.

Impor LNG dari AS cenderung mengalami kenaikan selama bulan September-Desember 2021. Pada September 2021 Indonesia mengimpor LNG dari AS sebanyak 1.118 MMSCFD. Sementara itu, pada bulan Oktober tahun lalu impor LNG mengalami penurutan signifikan yakni hanya sebesar 447 MMSCFD.

Namun satu bulan setelahnya yakni pada November 2021 impor LNG kembali naik ke 456 MMSCFD, dan impor LNG terbesar terjadi pada Desember 2021 dengan volume 1.218 MMSCFD. Dengan demikian, total impor LNG Indonesia dari Amerika Serikat sepanjang 2021 mencapai 3.269 MMSCFD. Adapun pada tahun-tahun sebelumnya, Indonesia belum pernah mengimpor gas dari Amerika Serikat. Biasanya, Indonesia mendatangkan LNG dari Singapura dan Timur Tengah.

Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, menyebutkan bahwa tujuan Indonesia mengimpor LNG dari Amerika Serikat adalah untuk memenuhi perjanjian kontrak yang telah disepakati.

“Sepertinya kenaikan impor LNG dari AS ini terjadi karena memang sudah ada kontrak yang harus dipenuhi sehingga terjadi adanya penjualan,” kata Mamit pada Rabu (2/3/2022).

Kontrak yang dimaksud adalah Sales and Purchase Agreement (SPA) antara subholding Cheniere Energy Inc., yaitu Corpus Christi Lieuqfaction, LLC dengan PT Pertamina (Persero) yang terjadi pada 2015. Secara keseluruhan, Pertamina menyepakati untuk membeli sekitar 1,52 juta ton per tahun (mtpa). SPA tersebut memiliki jangka waktu 20 tahun terhitung sejak dilakukannya pengiriman pertama.

Kedua perusahaan melakukan kontrak pembelian pada 2019. Kendati demikian, Mamit menyatakan bawah peningkatan kebutuhan energi tidak menyebabkan kenaikan impor LNG dari Amerika.

“Memang ada permintaan energi karena dampak pemulihan ekonomi pasca pandemic, tetapi kebutuhan dari dalam negeri sebenarnya masih cukup. Jadi seharusnya tidak ada peningkatan yang cukup signifikan,” kata Mamit.

Ia menambahkan, Indonesia tidak bisa menyerap semua impor LNG. Meski volume impor LNG dari Amerika Serikat terus menunjukkan peningkatan, hal itu tidak berdampak signifikan pada perekonomian nasional.

“Pasar LNG nasional masih terbatas sehingga stock yang datang tidak bisa diserap seluruhnya. Sehingga ada beberapa stock kargo LNG nasional yang masih harus dijual ke pasar spot selama 2021 kemarin,” tambahnya.