freightsight
Sabtu, 4 Mei 2024

INFO INDUSTRI

Impor Melonjak, Asia Bangun Proyek Gas Seharga Rp 5.000 Triliun

12 April 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Proyek Gas Asia

Ilustrasi Pabrik Gas via Pixabay

Sejumlah perusahaan di kawasan Asia Tengah mengembangkan proyek gas secara masif seharga Rp 5.000 triliun.

Kawasan Asia Tengah membangun proyek infrastruktur gas baru senilai US$350 miliar atau senilai Rp 5.000 triliun. Dilansir Bloomberg pada (7/4/2022), proyek itu termasuk rencana perluasan terminal gas alam cair (LNG), pembangkit listrik bahan bakar gas dan jaringan pipa.

Menurut data Global Energy Monitor, angka itu tiga kali lebih besar dari proyeksi investasi di Eropa. Pemerintah di kawasan Asia Tengah mengincar keuntungan yang diraih Amerika Serikat dan Eropa dari sektor gas selama beberapa dekade.

Pembeli LNG terbesar dunia ini sudah mencatatkan 30 proyek impor seiring dengan proyek yang dibangun, dengan rencana tentatif untuk tiga lusin lainnya, melansir data yang dirilis oleh BloombergNEF.

Perusahaan Korea Selatan termasuk POSCO Energy Co., SK E&S Co. dan plat merah Korea National Oil Corp tengah meningkatkan fasilitas LNG yang nantinya akan digunakan kembali untuk transportasi dan penyimpanan hidrogen sebagai sumber energi rendah atau nol-emisi yang dikembangkan.

Meski menghasilkan setengah dari emisi karbon batu bara, ada konsensus yang beredar bahwa penggunaan gas harus dikurangi agar dunia dapat mencegah terjadinya dampak terburuk perubahan iklim. Adapun pembangunan proyek ini tidak sejalan dengan tujuan tersebut.

"Tentunya ada peran dari gas, khususnya dalam menggantikan batu bara," kata mantan gubernur Bank sentral Inggris Mark Carney yang saat ini menjadi utusan khusus iklim PBB dalam Asia Sustainable Finance Forum di Seoul.

Berdasarkan data BP Plc, Asia menjadi pembeli energi terbesar dan menghasilkan populasi tertinggi. Pasar gas di kawasan ini hampir sama dengan jumlah konsumsi di AS.

Potensi pertumbuhan besar-besaran lebih lanjut adalah perluasan infrastruktur gas di Asia yang mengkhawatirkan, kata seorang analis riset dari Global Energy Monitor.

Jika semua proyek dibangun sesuai rencana, maka kapasitas impor LNG global akan meningkat 50 persen. Namun harga gas tidak lantas menjadi murah dan stabil daripada energi terbarukan dan simpanan energi dalam jangka panjang.