freightsight
Jumat, 22 November 2024

INFO INDUSTRI

Impor LPG RI di Februari Menurun, Ada Apa?

23 Maret 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Impor LPG

Produksi LPG via Petrominer/ Fachry Latief

• Impor LPG RI menurun 27,5% secara month to month (mtm) dari bulan Januari lalu.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan penurunan impor LPG (Liquefied Petroleum Gas) RI sebesar 27,5% secara bulanan atau month to month (mtm) dari 648.552,5 pada Januari menjadi 469.937,7 pada Februari 2022.

Adapun penurunan impor LPG tersebut terdiri dari material bahan baku LPG yaitu propana (liquefied) sebesar 230,7 ton dan butana 233,9 ton sepanjang Februari 2022 dari sebelumnya berada di angka 311,9 ribu ton untuk propana dan 333,3 ribu ton untuk butana.

Menurut Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Subholding Commercial & Trading Pertamina Irto Ginting, permintaan LPG di masyarakat secara umum tidak berubah secara signifikan, hanya saja jumlah hari di Februari lebih sedikit dibading Januari, sehingga kebutuhannya menjadi lebih rendah.

Namun menurutnya, tidak menutup kemungkinan ada satu kargo pengiriman LPG di Februari yang terekapitulasi ke Januari 2022.

“Bisa jadi ada satu kargo LPG di Februari yang masuk ke dalam rekap Januari. Mengingat kebutuhan Februari memang lebih rendah karena jumlah harinya juga lebih sedikit dibanding Januari. Namun secara kebutuhan di masyarakat tidak ada perubaha yang signifikan,” tuturnya pada Jumat (18/3/2022).

Sebagai informasi, harga LPG non-subsidi dibanderol harga Rp 15.500 per kg, angka ini naik dari sebelumnya Rp 13.500 per kg pada akhir Desember 2021 dan Rp 11.500 per kg sebelum naik di akhir Desember 2021.

Sebelumnya, Irto menyebutkan perkembangan industri minyak dan gas mempengaruhi harga penyesuaian LPG non subsidi ini. Dia juga menjelaskan, dua fase kenaikan yang terjadi pada Desember tahun lalu itu bertujuan untuk menekan beban masyarakat pengguna LPG non-subsidi.

“Harga Contract Price Aramco (CPA) tercatat berada pada nilai US$ 775/metrik ton. Menunjukkan kenaikan sebesar 21% dari harga rata-rata CPA sepanjang tahun 2021,” papar Irto dalam keterangan resminya pada Februari lalu.

Seperti diketahui, berdasarkan laporan data dari BPS, impor LPG RI pada 2021 mencapai US$ 4,09 miliar atau sekitar Rp 58,5 triliun (asumsi kurs Rp 14.300 per US$). Angka ini meroket sebesar 58,5% dibandingkan nilai impor pada 2020 lalu yang tercatat sebesar US$ 2,58 miliar.

Meski terdapat kenaikan signifikan dari impor LPG ini, dari sisi volume impor hanya terjadi sedikit kenaikan. Data BPS lainnya menunjukkan, bahwa volume impor LPG sepanjang Januari-Desember 2021 tercatat sebesar 6,42 juta ton yang sedikit naik dari 6,35 juta ton pada 2020 lalu.

Adapun impor LPG ini terdiri dari permintaan bahan baku LPG berupa propana dan butana. Masing-masing tercatat mengimpor sebesa 3,17 juta ton propana dan butana 3,21 juta ton sepanjang 2021.