freightsight
Jumat, 29 Maret 2024

EKSPOR

IMF: Jangan Timbun Stok Pangan, Perang Rusia Mengganggu Rantai Pasok

20 Juli 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Stok Pangan

Ilustrasi Pangan via pikiran-rakyat.com

Perang Rusia-Ukraina rupanya berhasil mengganggu rantai pasok pangan bahkan Rusia juga memblokade pengiriman pangan Laut Hitam menjadi penyebab krisis.

Kondisi rantai pasok yang terganggu sejak pandemi covid-19 ini diperparah oleh perang yang terjadi di Ukraina. Melansir data World Food Programme (WFP) per bulan Juni 2022.

Perang Rusia-Ukraina rupanya berhasil mengganggu rantai pasok pangan. Ditambah lagi Rusia juga memblokade pengiriman pangan Laut Hitam menjadi penyebab krisis.

Untuk dapat mengurangi dampak dari blokade Rusia, tentu saja di sini Kristalina Georgieva selaku Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) juga menyarankan bahwa negara-negara untuk tidak ikut menimbun stok pangan.

Menurut beliau, pelepasan stok pangan yang dibutuhkan ini adalah sebagai langkah cepat supaya bahan pangan akan dapat tersedia lagi seperti semula.

"Dalam jangka pendek, melepaskan stok (pangan) sesuai dan konsisten dengan aturan WTO, dan menemukan solusi diplomatik untuk mengevakuasi biji-bijian dan pupuk yang saat ini diblokir di Ukraina, akan membantu mengatasi ketersediaan dan keterjangkauan pasokan pangan," ungkap Georgieva di Nusa Dua, Bali, Sabtu (16/7/2022).

Menurut beliau, di sini kondisi rantai pasok yang terganggu sejak awal pandemi covid-19 ini justru malah diperparah oleh adanya perang yang terjadi di Ukraina.

Melansir data World Food Programme (WFP) per bulan Juni 2022, jumlah orang yang telah mengalami krisis pangan justru meningkat menjadi 345 juta di 82 negara.

"Mereka mengalami rawan pangan akut, yang aksesnya ke untuk mendapat pangan dalam jangka pendek sangat terbatas hingga nyawa dan mata pencaharian mereka terancam, ini meningkat menjadi 345 juta di 82 negara menurut WFP," ungkapnya.

Beliau juga mengatakan sebanyak 25 negara lainnya ikut terdampak akibat pembatasan ekspor dan menurut beliau hal ini telah memperparah krisis pangan bahkan hingga dua kali lipatnya.

"Pasokan (pangan) global yang terus meningkat selama dekade terakhir perlu dilepaskan untuk menurunkan harga. Semua ini terjadi pada saat ruang fiskal untuk tindakan pemerintah sudah sangat dibatasi setelah pandemi Covid-19," tukas dia