freightsight
Kamis, 25 April 2024

PENGIRIMAN DARAT

Imbas Perang Ukraina, Jalur Kereta China-Eropa Terpaksa Tutup

22 Maret 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Kereta China-Asia

Jalur Kereta Api via indoshippinggazette.com

• Jalur kereta api China menuju Eropa mengalami penutupan imbas dari perang Rusia dan Ukraina.

• Kondisi ini membuat banyak pengiriman dari Asia, khususnya China ke Eropa terpaksa beralih dari angkutan laut ke angkutan darat seperti truk, kereta api, dan pengiriman udara.

Jalur kereta api China menuju Eropa mengalami penutupan imbas dari perang Rusia dan Ukraina. Hal ini mengakibatkan dalam setahun sekitar 1,5 juta kontainer dari China dengan tujuan Eropa terpaksa kembali menggunakan moda pengiriman laut.

Dalam beberapa tahun terakhir, jalur operasional kereta api yang menghubungkan China dan Eropa lewat Rusia dan Ukraina tersebut sudah mengangkut sekitar 1,5 juta kontainer. Jalur yang lebih dikenal dengan sebutan silk road atau jalur sutera baru tersebut menyumbang sekitar 5-8% dari total volume kontainer perdagangan antara Asia dan Eropa.

Seperti dilaporakan UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development), demi alasan keamanan dan adanya sejumlah kerusakan pada jaringan kereta api, sejumlah perusahaan pengiriman terpaksa menarik mundur layanannya dari moda tersebut. Dan menghentikan layanan pemesanan terhadap pelanggannya untuk sementara waktu.

Sebagaimana diketahui, Rusia dan Ukraina adalah dua negara yang menjadi jembatan utama Euroasia atau menghubungkan Asia dan Eropa. Terutama jalur angkutan darat dan kereta api.

“Untuk alasan keamanan dan adanya penutupan wilayah Rusia dari jalur darat dan udara untuk 36 negara, sejumlah perusahaan jasa ekspedisi saat ini memutuskan untuk tidak melayani pengiriman via darat, baik melalui angkutan truk maupun kereta api antara Asia dan Eropa,” kata UNCTAD tertulis dalam laporannya.

Hal ini memperparah gangguan rantai pasok akibat kongesti pelabuhan, setelah sebelumnya babak beluar karea pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir. Kondisi ini membuat banyak pengiriman dari Asia, khususnya China ke Eropa terpaksa beralih dari angkutan laut ke angkutan darat seperti truk, kereta api, dan pengiriman udara.

Peralihan ke moda darat menggunakan truk dan kereta api sebelumnya dianggap menjadi solusi atas permasalahan sektor angkutan laut selama pandemi. Terutama sejak puncak kemacetan yang terjadi di pelabuhan serta kenaikan operating cost pelayaran memperparah lonjakan tarif ocean freight yang luar biasa.

Masih dilaporkan UNCTAD, sepanjang tahun 2021, jalur kereta api China ke Eropa mengangkut sekitar 1,5 juta kontainer. Dampak perang di Ukraina yang menyebabkan penutupan jalur kereta api terpaksa membuat semua kontainer tersebut kembali dikirim dengan angkutan laut.

“Kondisi ini dapat memicu terjadinya penumpukan pada moda transportasi laut. Penambahan 1,5 juta kontainer dari moda kereta api akan memicu terjadinya penumpukan di pelabuhan,” kata UNCTAD.

Kondisi ini akan memicu masalah kekurangan space kapal dan kenaikan tarif angkutan laut yang saat ini terpantau masih tinggi.

Sebagai informasi, perang Rusia dan Ukraina berimbas pada melesatnya tarif logistik laut global hingga menghambat arus pelayaran barang di Laut Hitam. Hal ini memicu kenaikan harga minyak mentah dan berbuntut pada lonjakan biaya bahan bakar kapal.