freightsight
Kamis, 2 Mei 2024

INFO INDUSTRI

Harga Naik Lagi, Rantai Pasok dan Logistik Daging Sapi Domestik Perlu Dibenahi

30 Maret 2023

|

Penulis :

Tim FreightSight

via unsplash.com

Harga daging sapi yang kembali tinggi memunculkan urgensi untuk membenahi rantai pasok dan logistik dari komoditas pangan yang satu ini.

Harga daging sapi yang kembali tinggi memunculkan urgensi untuk membenahi rantai pasok dan logistik dari komoditas pangan yang satu ini.

Proses pembenahan ini memerlukan biaya tambahan yang tidak sedikit dimana pada akhirnya akan mempengaruhi harga jual daging sapi.

Rantai distribusi daging sapi yang panjang menimbulkan biaya tambahan yang tinggi sehingga menyebabkan kenaikan di harga logistik dan transportasi yang tentunya juga akan berdampak pada kenaikan harga modal produksi daging sapi di tingkat produsen.

Board Members Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Dr Risti Permani dalam keterangan resminya menambahkan, kenaikan tersebut juga dipengaruhi oleh sejumlah kebijakan eksternal yang turut terdampak.

"Belum lagi adanya kebijakan eksternal yang turut berdampak, seperti kenaikan harga bahan bakar minyak," jelasnya.

Ia menyebut, harga sapi bakalan dari Australia sudah mulai stabil di awal 2023 ini karena membaiknya persediaan di bagian utara Australia dan iklim yang mendukung.

Namun, model bisnis dengan sistem importir mendatangkan sapi bakalan yang kemudian harus digemukkan di feedlots, lalu dipotong di Indonesia hingga mencapai konsumen akhir membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tinggi.

Setelah melalui proses penggemukan dan pemotongan hewan, proses selanjutnya adalah menjual daging sapi yang dihasilkan ke pedagang grosir berskala besar di pasar atau melalui tengkulak yang membantu Rumah Potong Hewan (RPH) untuk mendapatkan pembeli.

Proses ini dilanjutkan dengan menjual daging sapi ke pedagang grosir berskala kecil. Merekalah yang menjual daging sapi ke pedagang eceran di pasar tradisional atau supermarket, sebelum akhirnya sampai di tangan konsumen. Proses panjang ini tentu menimbulkan biaya tambahan yang tidak sedikit.

Adapun upaya pemerintah untuk mengimpor daging dari negara selain Australia, termasuk daging sapi dari Brasil dan daging kerbau dari India, juga masih belum efektif dalam menstabilkan harga pasar.

"Secara umum, pandemi memunculkan penambahan biaya transportasi dan juga penyimpanan. Ditambah dengan kenaikan harga bahan bakar minyak yang membuat ongkos transportasi antar daerah menjadi semakin tinggi," tambah Risti.

Ia menyebut sangat penting untuk memastikan ketersediaan daging sapi untuk konsumsi domestik cukup untuk sepanjang tahun 2023. Perlu pengembangan sistem produksi dan distribusi daging sapi domestik agar dapat mencapai produktivitas yang optimal guna mengantisipasi lonjakan harga di pasar internasional.

Salah satu langkahnya dengan memodernisasi sektor peternakan Indonesia dan meningkatkan kapasitas peternak lokal. Indonesia juga dapat membuka diri terhadap investasi untuk memajukan sektor peternakan.

"Untuk ke depannya, Indonesia akan memperkuat kerja sama perdagangan dan investasi untuk mendiversifikasi sumber pangan. Lalu, memperkuat resiliensi sistem pangan Indonesia dengan terus memastikan faktor-faktor penting seperti keamanan pangan (food safety) dan risiko biosekuriti," pungkasnya.