freightsight
Jumat, 22 November 2024

DOMESTIK

Dukung Kakao jadi Komoditi Ekspor, Distanbun Aceh Berikan Program Pembinaan Rutin

28 Mei 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Ekspor Kakao

Kakao via spotlight.id

Program pemangkasan tanaman kakao merupakan kegiatan rutin tahunan Distanbun Aceh dalam upaya pembinaan terhadap petani kakao, mendorong peningkatan produksi, peningkatan pendapatan petani, dan kegiatan ekspor kakao Aceh.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh Ir Cut Huzaiman MP mengatakan kegiatan pemangkasan tahunan tanaman kakao di daerah dengan areal perkebunan rakyat bertujuan untuk membina petani dalam meningkatkan produksi biji kakao agar produksinya bisa terus diekspor.

“Rata-rata produksi biji kakao kita saat ini belum maksimal, masih sekitar 800 kg/hektar, tapi dengan adanya program dan kegiatan pemangkasan tanaman kakao secara berkala, produksinya bisa meningkat melebihi 1 ton/hektare,” kata Cut Huzaimah didampingi Kabid Perbenihan, Produksi dan Perlindungan Perkebunan Distanbun Aceh, Ir Fakhrurrazi pada Kamis (26/5/2022) di Banda Aceh.

Cut Huzaimah menyebutkan, sebelumnya pada Selasa (24/5/2022), pihaknya bersama Bupati Pidie Jaya Aiyub Bin Abbas telah memangkas tanaman kakao (coklat) di lokasi kebun kakao Panton Weng Gampong Masjid Peudeuk, Kecamatan Tringgadeng, Kabupaten Pidie Jaya.

Program pemangkasan tanaman kakao sudah menjadi kegiatan rutin tahunan Distanbun Aceh dalam upaya pembinaan terhadap petani kakao di daerah, mendorong peningkatan produksi kakao, peningkatan pendapatan petani kakao, dan kegiatan ekspor produk kakao Aceh ke luar negeri.

Cut Huzaimah menambahkan, luas areal tanaman kakao di Pijay lumayan luas yakni sekitar 15.095 hektare. Areal tanaman belum menghasilkan sekitar 4.618 hektare, tanaman sudah menghasilkan 8.773 hektare dan tanaman rusak 1.704 hektare. Sedangkan produktivitas tanaman kakao baru sekitar 800/kg/hektare.

Sementara untuk jumlah petani sekitar 17.863 orang. Harga jual kakao saat ini untuk yang difermentasikan antara Rp 29.000 – Rp 30.000/kg. Sedangkan yang sudah difermentasi adalah Rp 40.000/kg.

Kabid Perbenihan, Produksi dan Perlindungan Perkebunan Distanbun Aceh, Ir Fakhrurrazi mengatakan, areal tanaman kakao di Aceh tersebar di sejumlah daerah. Di antaranya Aceh Besar, Pidie, Pijay, Bireuen, Aceh Timur, Aceh Utara, Aceh Barat, Aceh Tenggara, Nagan Raya, Abdya, Gayo Lues, dan beberapa derah lain.

Menurut Fakhrurrazi, untuk menumbuhkan motivasi petani kakao, dalam pemeliharaan tanaman dilakukan program pemangkasan tanaman kakao secara bergilir antar daerah.

Pada tahun 2022 ini, anggaran yang tersedia sangat terbatas, sehingga program pemangkasan tanaman kakao hanya dilakukan pada dua kabupaten saja yaitu Kabupaten Bireuen dan Pijay.

“Untuk Kabupaten Bireuen, sudah dilakukan dari dua bulan sebelumnya dan bulan ini dilakukan di Pijay,” katanya.

Kepada Distanbun Aceh, perlu dibuat program dan kegiatan pemangkasan tanaman kakao yang bertujuan untuk mempermudah penanganan manajeman hama, penyakit, panen buah dan peningkatan produktivitas panen buah.

Selanjutnya, tambah Fakhrurrazi, mengajajarkan kepada petani tentang cara dan sistem pemangkasan tanaman kakao yang benar, serta meningkatkan produktivitas buah kakao. Dalam pelaksanaan pemangkasan kakao ada aturannya, seperti ranting dan cabang mana saja yang bisa dipotong. Semua itu ada teknisnya. Karea jika petani salah melakukan cara pangkas, produktivitas hasil panen menjadi rendah.

Menurut Fakhrurrazi, kegiatan pemangkasan yang dilakukan ini pada dasarnya untuk membantu petani dalam pemeliharaan tanaman kakao, peningkatan produksi, pendapatan, kegiatan ekspor, dan perbaikan taraf hidup petani kakao.

Harga jual kakao, kata Fakhrurrazi, sangat dipengaruhi oleh kualitas buah yang dipanen. Semakin bagus kualias panen biji kakao, maka harga jualnya semakin tinggi. Selain itu, cara petani melakukan fermentasi biji kakao yang sudah dikupas juga menjadi faktor penentu harga jual lainnya.