freightsight
Selasa, 7 Mei 2024

INFO INDUSTRI

Digitalisasi Akuakultur Dongkrak Potensi Ekspor Udang Internasional

14 Februari 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Udang laut

Shrimps @ John Cameron via Unsplash

• Startup Aquatech Indonesia, Delos optimis Indonesia mampu berevolusi biru menuju digitalisasi akuakultur untuk mendongkrak ekspor udang ke kancah global.

• CEO Delos Guntur Mallarangeng mengungkap punya alasan khusus terkait optimistisnya terhadap peluang Indonesia mampu menjadi pengekspor udang terbesar dunia.

Berawal dari tambak udang konvensional, Startup Aquatech Indonesia, Delos optimis Indonesia mampu berevolusi biru menuju digitalisasi akuakultur untuk mendongkrak ekspor udang ke kancah global.

Startup Aquatech Indonesia, Delos sangat antusias melihat pergerakan ekspor komoditas laut berupa udang yang terus meroket meski terkena efek pandemi. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi dan andil besar untuk menjadi produsen udang skala besar. Terutama sejak pasar ekspor udang AS tidak lagi mematok bea masuk bagi semua eksportir.

Potensi ini diyakini Delos dapat menjadi pijakan untuk menjadi negara pengekspor udang terbesar dunia yang selama ini diduduki India, Ekuador, dan Vietnam.

Sebagai informasi, Delos dan pihaknya mencanangkan revolusi biru yang bermuara pada produksi dari hingga hilir distribusi agar produk udang yang dihasilkan bernilai tinggi. Dengan begitu, diyakininya pangsa pasar udang Indonesia di kancah global akan meningkat presentasinya.

CEO Delos Guntur Mallarangeng mengungkap punya alasan khusus terkait optimistisnya terhadap peluang Indonesia mampu menjadi pengekspor udang terbesar dunia. Dalam paparannya ia menyebutkan, Indonesia punya 50 persen tambak udang nusantara yang belum pernah disentuh secara serius.

“Bahkan nilai industri itu lebih dari setengah keseluruhan nilai hasil kelautan yang tercatat saat ini. Bayangkan jika potensi itu kita kembangkan dengan maksimal, saya yakin Indonesia bisa jadi nomor satu,” terangnya.

“Dengan garis pantai 54.000 km, sumber daya manusia pesisir yang melimpah, dan iklim tropis menunjang seharusnya Indonesia mampu memimpin global untuk akuakultur yang berkelanjutan,” tuturnya dalam siaran pers.

Berangkat dari tambak udang konvensional, Dewi Laut Aquaculture (DLA), Delos menjadi perwujudan digitalisasi dari Alune Aqua yang merupakan gabungan cara tradisional dan terfragmentasi berbasis ilmiah. Delos mengangkat ilmu pengetahuan, teknologi, dan praktik manajemen yang baik untuk mengangkat produktivitas tambak ikan hingga mencapai angka 40 ton/ha.

Guntur mengatakan, dengan dukungan teknologi mutakhir dan berbagai tim dari multidisiplin ilmu meliputi akuakultur, biologi kelautan, teknologi, dan bisnis semua rangkaian ekosistem akuakultur yang dibangun dapat terwujud.

Perpaduan lengkap itu diharapkan mampu mendukung agenda pemerintah Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekspor komoditas laut dengan tetap menjaga stabilitas Sosial, Ekonomi, dan Enviromental (SEE).