freightsight
Sabtu, 27 April 2024

EKSPOR

Demi Tangani Krisis Pangan, Presiden Jokowi Serukan Negara G7 dan G20

29 Juni 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Rantai Pasok Global

Dokumentasi via detik.net.id

Presiden Joko Widodo menyerukan negara G7 dan G20 guna bersama-sama untuk mengatasi krisis pangan yang sekarang ini mengancam rakyat yang ada di negara-negara berkembang.

Pangan adalah sebuah permasalahan HAM paling dasar dan menurut beliau juga bahwa kaum perempuan dari keluarga miskin dipastikan menjadi yang paling menderita.

Presiden Joko Widodo menyerukan negara G7 dan G20 guna bersama-sama untuk mengatasi krisis pangan yang sekarang ini mengancam rakyat yang ada di negara-negara berkembang akan jatuh ke jurang kelaparan dan kemiskinan ekstrim.

Pernyataan ini juga disampaikan Presiden Jokowi dalam pandangannya pada KTT G7 sesi II dengan topik mengenai ketahanan pangan dan kesetaraan gender, yang berlangsung di Elmau, Jerman, Senin (27/6/2022).

“323 juta orang di tahun 2022 ini, menurut World Food Programme, terancam menghadapi kerawanan pangan akut. G7 dan G20 memiliki tanggung jawab besar untuk atasi krisis pangan ini. Mari kita tunaikan tanggung jawab kita, sekarang, dan mulai saat ini,” ungkap Jokowi.

Menurut Jokowi, pangan adalah sebuah permasalahan Hak Asasi Manusia (HAM) yang paling dasar dan menurut beliau juga bahwa kaum perempuan dari keluarga miskin dipastikan menjadi yang paling menderita menghadapi kekurangan pangan bagi anak dan keluarganya.

“Kita harus segera bertindak cepat mencari solusi konkret. Produksi pangan harus ditingkatkan. Rantai pasok pangan dan pupuk global, harus kembali normal,” ucap Jokowi.

Karena itu, Jokowi di sini menegaskan pentingnya dukungan untuk negara G7 guna bisa mengintegrasi ekspor gandum Ukraina dan ekspor komoditas pangan dan pupuk Rusia dalam rantai pasok global. Menurut Jokowi, sudah ada dua cara untuk bisa merealisasikan hal tersebut.

Pertama, fasilitas ekspor gandum Ukraina bisa segera berjalan dan kedua adalah komunikasi secara proaktif kepada publik dunia bahwa komoditas pangan juga pupuk dari Rusia tidak terkena sanksi.

“Komunikasi intensif ini perlu sekali dilakukan sehingga tidak terjadi keraguan yang berkepanjangan di publik internasional.

Komunikasi intensif ini juga perlu dipertebal dengan komunikasi ke pihak-pihak terkait seperti Bank, asuransi, perkapalan dan lainnya,” jelas Jokowi.

Jokowi di sini juga menaruh perhatian yang begitu besar terhadap dampak perang terhadap rantai pasok pangan dan pupuk.

“Khusus untuk pupuk, jika kita gagal menanganinya, maka krisis beras yang menyangkut 2 miliar manusia terutama di negara berkembang dapat terjadi,” ungkap Presiden Jokowi.

Di akhir sambutannya, Presiden Jokowi juga kembali menyerukan pentingnya negara G7 dan G20 untuk bersama-sama bisa mengatasi krisis pangan ini, juga mengundang para pemimpin G7 untuk bisa hadir dalam KTT G20 di Bali.

“Saya tunggu para pemimpin G7 untuk hadir dalam KTT G20. Sampai jumpa di Bali, 15-16 November 2022,” pungkas Presiden Jokowi.

Turut mendampingi Presiden Joko Widodo dalam sesi ini yaitu adalah Retno Marsudi selaku Menteri Luar Negeri.