freightsight
Jumat, 26 April 2024

INFO INDUSTRI

41% Harga Pangan Impor Berasal Dari Biaya Impor

27 November 2021

|

Penulis :

Tim FreightSight

Bahan pangan

A sack of rice seed with white rice © Jcomp via Fr...

• Diketahui bahwa biaya logistik memiliki kontribusi besar dalam membentuk harga pangan impor yang masuk ke Indonesia.

• Badan logistik dan rantai pasok yang dianggotai oleh para pelaku usaha ini diharapkan akan mampu memberikan kontribusi nyata untuk berbagai masalah logistik yang menyebabkan mahalnya harga produk.

Diketahui bahwa biaya logistik memiliki kontribusi besar dalam membentuk harga pangan impor yang masuk ke Indonesia. Dengan demikian, diketahui bahwa peran dari biaya logistik kini sudah melebihi besaran tarif impor komoditas pangan.

"Biaya logistik ini merupakan (hambatan) non tarif yang berperan 41 persen dari total biaya pangan impor. Padahal, tarif impor (pangan) hanya 6,39 persen," kata Direktur Utama PT Berdikari Logistik Indonesia Iman Gandi dalam sebuah diskusi di Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rabu (24/11).

Agar impor lebih efisien, maka perlu adanya pembenahan biaya logistik dalam perdagangan, terkhusus untuk sektor bahan pangan yang memang kondisinya saat ini dalam negeri sedang kekurangan produksi.

Sebelum ini, sebagaimana diketahui bahwa kamar dagang dan industri (Kadin) Indonesia baru saja meluncurkan badan logistik dan rantai pasok, tujuannya adalah demi membantu efisiensi distribusi pangan.

Badan logistik dan rantai pasok yang dianggotai oleh para pelaku usaha ini diharapkan akan mampu memberikan kontribusi nyata untuk berbagai masalah logistik yang menyebabkan mahalnya harga produk.

Imam juga mengatakan bahwa pembentuk badan ini bisa menjadi solusi untuk mengendalikan kontribusi logistik yang bisa dibilang tinggi, apalagi untuk sektor pangan impor.

Kementerian pertanian juga menyampaikan bahwa masalah pada sektor pangan adalah hal yang menyebabkan adanya kesenjangan harga yang terbilang tinggi pada tingkat produsen dan konsumen

"Rantai pasok sangat panjang dari produsen ke pengguna, kita juga melihat kondisi harga di produsen dan kemana saja itu didistribusikan tidak terbuka dengan jelas semuanya," kata Kepala Pusat Distribusi dan Akses Pangan BKP Kementan, Risfaheri.

Selanjutnya, ia juga menyampaikan bahwa ada ketidakmerataan sentra komoditas, khususnya untuk pokok yang saat ini sudah dipenuhi dari produksi. Dalam waktu bersamaan, waktu panen komoditas panen juga tidak sama antar sentra.

Situasi tersebut menyebabkan adanya perbedaan harga yang terbilang sangat tinggi di setiap wilayah. Sejauh ini, pihak kementerian pertanian juga berusaha untuk menyelesaikan kendala yang saat ini, dan membantu mendistribusikan pangan antar daerah. Sayangnya, masalahnya adalah biaya yang sangat besar, dan volume pendistribusian, sehingga menyebabkan kementerian pertanian tidak bisa melakukan hal tersebut secara besar-besaran.

"Kita juga melihat konektivitas (antar wilayah) kita belum memadai. Misal ketersediaan kapal laut, dari jumlah jadwal dan tarif itu tidak pasti," ujar Risfaheri

Tidak adanya integrasi yang memadai adalah salah satu sumber yang menyebabkan terjadinya ketimpangan harga pangan antar wilayah. Ia meyakini dengan adanya kesiapan logistik yang lebih tertata, maka harga pangan dalam negeri akan bisa diturunkan karena komponen biayanya mengecil.

"Dengan adanya jasa logistik yang terintegrasi dan biaya murah kami yakin masalah harga pangan ini bisa terselesaikan," ujar dia.