freightsight
Sabtu, 27 April 2024

TEKNOLOGI

Demi Atasi Krisis Pangan, KKP Dorong Inovasi Produk Perikanan

25 Juli 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Inovasi Perikanan

Nelayan via khalfani.co.id

KKP dorong inovasi produk perikanan demi peningkatan kesejahteraan masyarakat sekaligus solusi ketahanan pangan di masa depan.

Aksi nyata KKP membangun semangat inovatif melalui transfer knowledge soal peningkatan nilai tambah produk perikanan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dorong inovasi produk perikanan demi peningkatan kesejahteraan masyarakat sekaligus solusi ketahanan pangan di masa depan. Melalui inovasi, ikan sebagai bahan baku produksi bisa diolah berbagai produk turunan dengan nilai ekonomi serta kualitas tinggi.

"Salah satu tantangan dalam mengoptimalkan sumber daya laut adalah mencegah kerugian ekonomi dari ikan hasil panen yang disebabkan oleh penurunan kesegaran dan kualitasnya. Kesegaran ikan tidak dapat dikembalikan namun inovasi teknologi pengolahan dapat mengubah ikan menjadi banyak varian produk perikanan yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi," ungkap I Nyoman Radiarta selaku Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) KKP, Jumat (22/7/2022).

Aksi nyata KKP membangun semangat inovatif melalui transfer knowledge soal peningkatan nilai tambah produk perikanan, seperti dilakukan pada perwakilan negara-negara tergabung di Forum Kerja Sama Selatan-selatan dan Triangular (KSST). Transfer knowledge dilakukan daring 20-21 Juli 2022 di Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Banyuwangi.

Kegiatan hasil kolaborasi bersama Non-Aligned Movement Centre for South-South Technical Cooperation (NAM CSSTC), Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, dan Kementerian Luar Negeri, sebagai komitmen Indonesia berperan aktif peningkatan kapasitas SDM KP negara-negara sahabat. Bukan hanya itu, mendukung Presidensi Indonesia di G20 dan kontribusi aktif Indonesia di forum High Level Panel on Sustainable Ocean Economy (HLP-SOE).

“Sumber daya manusia yang kompeten merupakan kunci utama pembangunan kelautan dan perikanan. Atas dasar itulah kami menyelenggarakan kegiatan pelatihan ini, dengan tujuan untuk mengembangkan kapasitas sumber daya manusia kelautan dan perikanan. Di sisi lain, pendemi COVID-19 telah menuntut kita untuk terus adaptif menghadapi berbagai perubahan termasuk memaksimalkan pemanfaatan kemajuan teknologi digital untuk meningkatkan nilai ekonomi produk KP,” ungkap Nyoman.

“Melalui pelatihan ini, saya harap dapat meningkatkan peluang untuk mengembangkan bisnis dan jejaring serta mendorong peningkatan ekonomi antara Indonesia dan negara peserta,” tambahnya.

Duta Besar Diar Nurbintoro menyampaikan Direktur NAM CCSTC, melalui pelatihan ini pihaknya berharap peserta memanfaatkan peluang meningkatkan produktivitas pada produk pangan berbasis perikanan juga kelautan, mewujudkan swasembada pangan, mempromosikan kebijakan keamanan pangan global dan berperan aktif meningkatkan nutrisi pangan.

“Terima kasih kepada BRSDM KKP yang telah mempersiapkan dan menyelenggarakan kegiatan pelatihan dengan baik. Tentunya jarak tidak menjadi halangan bagi kita untuk memajukan sektor kelautan dan perikanan,” ungkap Diar Nurbintoro.

Maria Renata Hutagalung selaku Direktur Kerja Sama Pembangunan Internasional, Kementerian Luar Negeri, menuturkan pelatihan ini wadah bagi para ahli juga peserta untuk berbagi dan bertukar pengetahuan soal diversifikasi ikan dan produk perikanan menggunakan bahan baku ikan dan udang.

“Melalui pelatihan ini juga diharap dapat memaksimalkan kesempatan kerja atau mata pencaharian bagi nelayan dan masyarakat sekaligus memberdayakan perempuan. Berbeda dengan penangkapan ikan yang banyak dilakukan oleh laki-laki, perempuan dapat lebih banyak berpartisipasi dalam kegiatan pengolahan ikan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, diperlukan pelatihan guna mengoptimalkan manfaat ekonomi bagi pelaku usaha dan masyarakat,” jelas Maria.

Eliza Northrop yang hadir secara daring, Policy Lead High Level Panel for a Sustainable Ocean Economy (HLP SOE), menyampaikan tentang forum HLP SOE terdiri 17 negara dan upaya dilaksanakan mendukung peningkatan ekonomi berkelanjutan dari sektor kelautan.

Pelatihan Nilai Tambah Ikan dan Produk Perikanan diikuti 26 peserta berasal Kaledonia Baru, Samoa, Kiribati, Palau Solomon, Papua New Guinea, dan Indonesia. Melalui pelatihan ini, diharapkan mewujudkan pembentukan wirausaha baru juga peningkatan gizi masyarakat, mempromosikan ketahanan pangan, peningkatan kapasitas nasional juga ketahanan diri kolektif negara-negara peserta, meningkatnya artisipasi aktif serta kepemimpinan negara berkembang dalam kerjasama perikanan internasional, peningkatan kualitas sumber daya manusia di industri perikanan.