freightsight
Sabtu, 27 April 2024

PENGIRIMAN LAUT

Begini Kondisi Tanjung Priok Setelah Terjadi Kemacetan Parah di Pelabuhan Global

10 November 2021

|

Penulis :

Tim FreightSight

Pelabuhan di sore hari

Port View © Mika Baumeister via Unsplash

Kondisi arus peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, diketahui sudah mulai kembali normal di awal November 2021 ini. Hal ini, sebagaimana diinformasikan oleh pihak PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo.

Ali Mulyono selaku GH Sekretariat Perusahaan Pelindo, menyampaikan bahwa pada bulan lalu memang sempat terjadi kemacetan di beberapa pelabuhan global. Hal tersebut pada akhirnya menyebabkan keterlambatan kedatangan kapal peti kemas dari berbagai negara di pelabuhan Tanjung Priok, pada sepanjang bulan Oktober lalu. Dampak dari hal tersebut adalah, pada akhirnya banyak kapal peti kemas yang tiba secara bersamaan, dan menyebabkan antrean masuk ke pelabuhan.

Kondisi di atas pada akhirnya menyebabkan Pelindo mengambil tindakan antisipasi, dengan cara mengosongkan lapangan yang bisa digunakan untuk melakukan aktivitas bongkar muat kontainer. Upaya ini dilakukan demi mengantisipasi peningkatan jumlah kedatangan kapal, dan rupanya hal ini terbukti cukup efektif. Buktinya, pelayanan bongkar muat peti kemas di pelabuhan tidak begitu terganggu.

PT Pelindo diketahui juga melakukan antisipasi pada jalur darat, hal ini diterapkan dengan adanya peningkatan layanan di masa sibuk, dengan cara memperbanyak area penyangga (buffer area) di pelabuhan, melakukan pengaturan terhadap truk ke dalam area terminal (traffic management), melakukan optimasi implementasi single truk id, dengan demikian diharapkan arus lalu lintas menuju dan dari pelabuhan Tanjung Priok akan jadi lebih baik.

Semua upaya yang dilakukan oleh PT Pelindo pada akhirnya terbukti menunjukkan hasil baik. Karena pada awal November ini diketahui bahwa pergerakan peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok bisa kembali berjalan normal.

“Kepadatan enggak ada, November ini termasuk lancar pergerakan di pelabuhan. Selain itu juga cenderung berkurang karena sebetulnya yang parah di Singapura,” ujarnya, Minggu (7/11/2021).

Sebagaimana diketahui bahwa beberapa waktu lalu, beberapa hub pengapalan penting di dunia mengalami kemacetan yang sangat parah. Pelabuhan-pelabuhan tersebut adalah pelabuhan Singapura, hingga pelabuhan terbesar di wilayah Eropa-Piraeus. Parahnya kemacetan di berbagai hub penting pengapalan tersebut disebabkan oleh terjadinya penumpukan kontainer.

Berdasarkan berita yang dirilis oleh Bloomberg, pada Selasa (2/11/2021), di area pelabuhan Singapura terdapat penumpukan yang tercatat hingga sebesar 22% dari nila normal, yang mana pada saat itu ada sekitar 53 kapal kontainer yang berlabuh pada pelabuhan tersebut. Jumlah tersebut tentunya tercatat naik, jika dibandingkan dengan bulan Juli lalu yang mana terdapat 45 kapal yang bersandar.

Pelabuhan Singapura merupakan salah satu hub peti kemas utama dan terpenting di dunia, sehingga wajar jika Singapura sangat bergantung pada ekosistem logistik yang terbilang rumit.

Pada momen yang sama, diketahui beberapa pelabuhan penting di dunia terserang wabah Covid-19, hal ini pada akhirnya menyebabkan terjadinya bergejolaknya jalur transit secara luas. Selain itu, faktor cuaca juga menjadi penyebab lain yang memperparah kondisi, dua pekan lalu Topan Kompasu menyebabkan kapal-kapal tidak bisa keluar dar Hong Kong dan Shenzhen.

Tingkat kemacetan pada pelabuhan Singapura sampai kini masih mencapai angka 10.4 persen, dan tentu saja sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan hari Senin biasanya. Namun, Singapura bukan satu-satunya pelabuhan yang mengalami tingkat kemacetan, karena beberapa pelabuhan di Asia tenggara juga sama. Port Klang-Malaysia, melaporkan masih ada kemacetan cukup tinggi yakni 14,5%. Sedangkan di Tanjung Priok sendiri kemas Tanjung Priok di Jakarta mencapai 6,7 persen di atas normal dan Manila 6,5 persen lebih tinggi.