freightsight
Senin, 29 April 2024

IMPOR

Bapanas ingin Importir Serap Kedelai Lokal demi Pacu Minat Tanam Kedelai

6 Juni 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Impor Kedelai

Petani Kedelai via antaranews.com

Bapanas (National Food Agency/NFA) kini mewajibkan supaya importir menyerap kedelai dari petani lokal.

Bapanas terus mengupdate harga acuan mengikuti perkembangan sarana produksi dibutuhkan petani, memperhatikan situasi perdagangan global serta menjamin kepastian harga dan pasar bagi produk petani.

Badan Pangan Nasional atau Bapanas (National Food Agency/NFA) kini mewajibkan supaya importir menyerap kedelai dari petani lokal.

Pasalnya, sekarang ini minat petani untuk menanam kedelai memang sangat rendah. Padahal, Indonesia memang membutuhkan pasokan kedelai yang cukup karena kedelai di pasar internasional kerap melambung harganya.

Arief Prasetyo Adi selaku Ketua Bapanas mengatakan bahwa pentingnya menyerap kedelai petani lokal sebagai penguatan stok kedelai nasional.

Sayangnya, minat petani untuk menanam kedelai juga masih sangat minim jika dibandingkan dengan yang lainnya seperti padi dan tebu karena harga kedelai di tingkat petani rendah berakibat berdampak pada keengganan menanam kedelai.

“Di Indonesia marketnya sudah ada karena minat konsumsi kedelai seperti tahu tempe cukup tinggi. Saat kedelai harganya baik, bahkan lebih baik dari luar negeri, ini kesempatan kita untuk menanam kedelai, memang butuh proses menanam dan bibitnya yang perlu disiapkan, namun gerakan menanam kedelai ini juga yang diamanahkan Presiden Joko Widodo,” ungkapnya dalam keterangan tertulis pada hari Minggu (5/6/2022).

Arief juga menyebut bahwa harga acuan kedelai di tingkat petani sekarang ini di angka Rp8.500 per kilogram oleh karenanya Badan Pangan Nasional bersama Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, dan stakeholders lainnya segera menyiapkan regulasi baru harga acuan kedelai di tingkat petani.

Melalui regulasi tersebut, Badan Pangan Nasional akan terus mengupdate harga acuan mengikuti perkembangan sarana produksi yang memang dibutuhkan petani, memperhatikan situasi perdagangan global serta menjamin kepastian harga dan pasar bagi produk petani, sehingga negara bisa tetap melindungi petani mengembangkan produksinya juga secara bertahap bisa mengurangi ketergantungan impor kedelai.

Menurutnya, penguatan stok tersebut juga merupakan upaya menciptakan ekosistem pangan di dalam negeri serta jaga ketersediaan pangan kedelai, sinergi dengan Kementerian Pertanian, Kementerian BUMN, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, BUMN Pangan, BULOG, Swasta dan juga ada Asosiasi.

“Jaga harga kedelai ditingkat petani dan serap produksinya menjadi pendorong untuk meningkatkan minat menanam kedelai dan penguatan stok kedelai nasional,” ungkapnya lagi.

Arif juga mengatakan lagi bahwa Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) mengaku sudah siap berkolaborasi untuk menyerap kedelai petani demi keperluan pengrajin tahu dan Tempe.

“Saya diskusi langsung dengan teman-teman di Gakoptindo, mereka bilang ‘pak kita siap membeli kedelai petani hingga 1 juta ton/tahun untuk membuat tahu'. Mereka pun mendukung jika ada ketetapan harga acuan baru kedelai ditingkat petani,” ungkapnya setelah diskusi pada kegiatan Rapat Anggota Tahunan (RAT) Gakoptindo di Jawa Tengah.