freightsight
Kamis, 2 Mei 2024

INFO INDUSTRI

Bank Sentral Asia Tetap Tenang di Tengah Gempuran Laju Inflasi

21 Februari 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Bank Asia

Bank Building via blog.cfi.co

• Bank Sentral India, Indonesia, dan Thailand menjaga suku bunga acuan di level terendah pada pekan lalu di tengah kenaikan inflasi global.

• Inflasi di AS memunculkan pertanyaan baru bagi Bank Indonesia (BI) yang pada 10 Februari lalu memprediksi The Fed akan meningkatkan suku bunga dengan total 100 basis poin pada 2022 lebih rendah dari proyeksi pasar.

Bank sentral Asia masih mampu menahan kebijakan moneter dan mendorong fokus pertumbuhan ekonomi. Namun ancaman inflasi global kian memanas dan memunculkan banyak tekanan.

Dilansir Bloomberg pada Jumat (18/2/2022), India, Indonesia, dan Thailand menjaga acuan suku bunga di level terendah pada pekan lalu. Filipina juga melakukan upaya pemulihan ekonomi di tengah merebaknya penyebaran virus.

Namun, regulasi siklus pengetatan di AS yang kian agresif dan lonjakan harga minyak sejak 2014 turut mempengaruhi cara pandang pembuat kebijakan di kawasan Asia. Peralihan ini ditandai dengan pengawasan keuangan lebih ketat dan biaya pinjaman lebih tinggi.

"Otoritas keuangan lebih baik menunggu sampai pemulihan ekonomi berlanjut hingga quartal pertama 2022. Namun ada resiko mereka bertindak lebih awal," ungkap Kepala Ekonom APAX Moody's Analytics Steve Cochrane.

Dalam pertemuan Bank Sentral dan Menteri Keuangan G20 pada pekan lalu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo meminta mitranya untuk keluar dari kebijakan era pandemi agar negara miskin dan berkembang tidak menderita oleh dampak yang menghambat pemulihan.

Acuan 25 BPS Sembilan Kali Kawasan Asia menampunh cadangan devisa yang cukup dalam upaya perlindungan dari volatilitas yang mungkin terjadi saat Federal Reserve menaikkan suku bunga hingga 50 basis poin pada Maret.

Adapun petinggi India tetap optimis setelah Reserve Bank of India (RBI) memutuskan untuk mempertahankan reverse repo rate agar tidak berubah. Kebijakan ini mengejutkan pasar karena adanya ekspektasi perubahan suku bunga seiring normalisasi kebijakan.
Sementara itu, Indonesia akan lebih peka terhadap siklus kenaikan The Fed untuk menjaga sistem keuangan tetap stabil.

Inflasi di AS memunculkan pertanyaan baru bagi Bank Indonesia (BI) yang pada 10 Februari lalu memprediksi The Fed akan meningkatkan suku bunga dengan total 100 basis poin pada 2022 lebih rendah dari proyeksi pasar.

"Data terbaru AS mungkin cukup menjadi peringatan bagi BI terhadap kemungkinan tingginya kenaikan suku bunga The Fed," terang ekonom Oversea-Chinese Banking Corp Wellian Wiranto. Hal itu juga memicu peluang bagi BI untuk menggerek angka suku bunga pada Maret.

Sementara itu, Gubernur Bangko Sentral Pilipinas Benjamin Diokno mengatakan, kebijakan tidak perlu selalu mengacu pada The Fed dan terburu-buru memperketat kebijakan.

Namun dengan harga minyak dunia yang mendekati angka US$95, akan sulit mempertahankan sikap demikian. Pada Kamis (17/2/2022), Diokno menunjukkan isyarat langkah dukungan pandemi.

"Kami akan berkomitmen untuk keluar dari stimulus pandemi ketika sudah benar-benar melihat berdasarkan penilaian objektif, bukti pemulihan berkelanjutan atau peningkatan resiko inflasi," kata Diokno.